Grup band yang digawangi Muhammad Syifa Al Lufti (Alectroguy) sebagai gitar dan Novi Citra Indriyati (Twister Angel) sebagai vokalis itu pun menyampaikan pesan khusus yakni, ’Sukatani Tidak Suka Tambang.’ Pesan khusus itu tertulis dalam baliho yang dibentangkan di sela-sela pohon di area Omah Sonokeling.
Gitaris Sukatani, Muhammad Syifa Al Lufti juga menegaskan pesan itu saat naik panggung di sela-sela pergantian lagu. Mereka menilai praktik penambangan sering merugikan para petani.
”Salam kendeng. Terima kasih kepada teman. Perjuangan kawan-kawan di Kendeng menjadikan cerminan bagi kami untuk berjuang melawan tambang,” ujarnya dengan lantang di atas panggung.
Panggung yang disebut sebagai panggung Nyawiji Bumi digelar JMPPK untuk memperingati Hari Kartini, Hari Bumi sekaligus halal bihalal organisasi. Organisasi ini kerap menolak aktivitas penambangan di Pegunungan Kendeng tersebut.
”Bulan April selalu diperingati teman-teman JMPPK bahwa 21 April sebagai Hari Kartini dan 22 April sebagai Hari Bumi. Tapi sebelumnya, 12 April lahirnya Kajian Lingkungan Hidup. Jadi April bersejarah bagi JMPPK,” ungkap Ketua JMPPK Gunretno.
Murianews, Pati – Band Sukatani ikut menghentak panggung Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng (JMPPK) di Omah Sonokeling, Desa Gadudero, Kecamatan Sukolilo, Kabupaten Pati, Senin (21/4/2025). Mereka menjadi bagian dari kegembiraan di acara JMPPK.
Grup band yang digawangi Muhammad Syifa Al Lufti (Alectroguy) sebagai gitar dan Novi Citra Indriyati (Twister Angel) sebagai vokalis itu pun menyampaikan pesan khusus yakni, ’Sukatani Tidak Suka Tambang.’ Pesan khusus itu tertulis dalam baliho yang dibentangkan di sela-sela pohon di area Omah Sonokeling.
Gitaris Sukatani, Muhammad Syifa Al Lufti juga menegaskan pesan itu saat naik panggung di sela-sela pergantian lagu. Mereka menilai praktik penambangan sering merugikan para petani.
”Salam kendeng. Terima kasih kepada teman. Perjuangan kawan-kawan di Kendeng menjadikan cerminan bagi kami untuk berjuang melawan tambang,” ujarnya dengan lantang di atas panggung.
Panggung yang disebut sebagai panggung Nyawiji Bumi digelar JMPPK untuk memperingati Hari Kartini, Hari Bumi sekaligus halal bihalal organisasi. Organisasi ini kerap menolak aktivitas penambangan di Pegunungan Kendeng tersebut.
”Bulan April selalu diperingati teman-teman JMPPK bahwa 21 April sebagai Hari Kartini dan 22 April sebagai Hari Bumi. Tapi sebelumnya, 12 April lahirnya Kajian Lingkungan Hidup. Jadi April bersejarah bagi JMPPK,” ungkap Ketua JMPPK Gunretno.
Pementasan lain...
Berbagai pementasan digelar dalam acra JMPPK ini. Selain band Sukatani, Usman and The Blackstone, Kiai Budi, pembacaan puisi alam, lamporan, selawatan, brokohan hingga dialog interaktif.
”Tadi kami di lokasi tambang, membaca puisi tentang alam bagaimana hari bumi tidak ada bumi yang tersakiti. Kami tanggal 14 April sudah mendatangi DPRD, polisi bagaimana tambang marak,” tangkap dia.
Tidak hanya permasalahan tambang, lanjut Gunretno, pihaknya juga menilai penggundulan hutan dan perusakan alam lainnya juga perlu diberantas. Masalah-masalah lingkungan ini harus mendapatkan perhatian lebih serius.
”Jadi totalitas ini bukan hanya seremonial. Tapi upaya menyadarkan bahwa kita berpijak kepada bumi kita harus merawat bumi,” pungkasnya disela pentas Band Sukatani.
Editor: Budi Santoso