Ratusan warga Dukuh Bogorame berdatangan ke Punden Mbah Sugi Rahmat sebelum matahari meninggi, Kamis (22/5/2025). Mereka membawa bekal nasi berkat dari rumah. Nasi berkat tersebut dilengkapi mie goreng, tahu, tempe, telor hingga gorengan.
Selang beberapa saat rombongan Barongan muncul dari arah timur. Kepala Desa, jajarannya, hingga seorang dalang tampak ikut bersama rombongan tersebut.
Sesampainya di depan Punden Mbah Sugi Rahmat, gunungan tersebut langsung diserbu warga yang menanti. Beberapa detik, gunungan itu pun ludes meninggalkan kerangka.
Rombongan petinggi dan dalang pun menjadi sasaran. Warga langsung melempari rombongan dengan nasi. Sejurus kemudian, mereka memasuki Punden yang tertutup.
Dalang memainkan wayangnya di dalam Punden. Beberapa menit kemudian, mereka memanjatkan doa bersama kepada Tuhan Yang Maha Esa agar hasil bumi melimpah.
Usai doa bersama selesai, tawuran nasi kembali terjadi. Warga langsung saling lempar nasi berkat yang dibawanya. Suasana menjadi makin rame. Meskipun demikian, tak ada raut amarah di wajah warga. Mereka tampak senang dan sumringah.
Murianews, Pati – Warga Dukuh Bogorame, Desa Bogotanjung, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah mempunyai tradisi unik dalam merayakan sedekah bumi. Mereka saling lempar-lempar nasi berkat atau tawuran nasi.
Ratusan warga Dukuh Bogorame berdatangan ke Punden Mbah Sugi Rahmat sebelum matahari meninggi, Kamis (22/5/2025). Mereka membawa bekal nasi berkat dari rumah. Nasi berkat tersebut dilengkapi mie goreng, tahu, tempe, telor hingga gorengan.
Selang beberapa saat rombongan Barongan muncul dari arah timur. Kepala Desa, jajarannya, hingga seorang dalang tampak ikut bersama rombongan tersebut.
Sejumlah gunungan juga dibawa bersama rombongan Barongan. Gunungan tersebut berisikan hasil bumi. Seperti padi, terong, kacang panjang dan lainnya.
Sesampainya di depan Punden Mbah Sugi Rahmat, gunungan tersebut langsung diserbu warga yang menanti. Beberapa detik, gunungan itu pun ludes meninggalkan kerangka.
Rombongan petinggi dan dalang pun menjadi sasaran. Warga langsung melempari rombongan dengan nasi. Sejurus kemudian, mereka memasuki Punden yang tertutup.
Dalang memainkan wayangnya di dalam Punden. Beberapa menit kemudian, mereka memanjatkan doa bersama kepada Tuhan Yang Maha Esa agar hasil bumi melimpah.
Usai doa bersama selesai, tawuran nasi kembali terjadi. Warga langsung saling lempar nasi berkat yang dibawanya. Suasana menjadi makin rame. Meskipun demikian, tak ada raut amarah di wajah warga. Mereka tampak senang dan sumringah.
Tradisi Unik...
”Mamang kalau sedekah bumi di Dukuh Bogorame, Desa Bogotanjung itu dari dulu memang seperti ini. Sejak kecil saya ikut sudah kayak gini. Biasanya kalau sudah hajatan (doa bersama) itu baru tawuran. Kali ini sebelum hajat sudah pada tawuran,” ujar Sekretaris Desa Bogotanjung, Sunarto kepada Murianews.com.
Ia mengaku tak mengetahui filosofi tawuran nasi ini. Sunarto mengungkapkan tawuran nasi ini sudah menjadi tradisi. Warga menaruh harapan di setiap lemparan agar bumi Dukuh Bogorame subur.
”Diikuti oleh 700 orang. hanya di Bogorame saja. Gunungan ada tujuh. Filosofinya kurang tahu. Yang dulu-dulu kayak gini. Biar berkah,” kata dia.
Hal senada diungkapkan, Priyo. Salah satu warga Desa Bogotanjung ini mengaku sejak buyut kecil, tradisi ini sudah ada. Pemuda ini pun berharap tradisi unik ini terus dilestarikan.
”Berkat menunya mi, gorengan tahu, nasi, telur. Kata orang tua itu agar berkah. Melimpah sandang pangan, hasil bumi melimpah. Harapannya semoga hasil panen melimpah,” harap Priyo.
Editor: Supriyadi