Kamis, 20 November 2025

Meski tenaganya tak sekuat dulu, namun Sukardi mengaku senang bisa tetap bermain Gongcik. Dia juga masih aktif mengajari anak-anak muda untuk bermain kesenian sekaligus beladiri tersebut.

”Senang bisa berkumpul dengan bolo-bolo. Senang juga bisa mengumpulkan anak-anak, melihat mereka bisa meneruskan kesenian ini,” ujarnya.

Salah satu penggiat Gongcik asal Desa Pasucen, Ahmad Fauzi menjelaskan sejarah Gongcik yang merupakan perpaduan antara pencak silat dan tari. Menurutnya kesenian itu merupakan warisan dari nenek moyangnya.

”Menurut penelitian sudah ada di Pasucen sejak tahun 1835 lalu,” ucapnya.

Awalnya, dia menyebut kesenian itu dibuat untuk membentengi diri saat melawan penjajah. Gerakan tari itu dibuat untuk menyamarkan latihan beladiri yang dilakukan oleh masyarakat.

”Mbah Wiro Padi dulu yang babad alas desa ini. Awalnya nglatih pencak Jawa Murni. Kemudian di era murid-muridnya kemudian dipadukan dengan balutan tarian untuk mengelabui Belanda,” ucapnya.

Setelah merdeka, Gongcik kemudian menjadi bentuk pertunjukkan kesenian. Sekarang ini digunakan untuk meramaikan acara ritual kebudayaan yang ada di desa.

”Biasanya di Pasucen, Gongcik ditampilkan saat momen Maulud, Suro, sedekah bumi maupun hajatan,” imbuhnya.

Dia berharap nantinya kesenian itu dapat dilestarikan. Terutama dengan semakin banyaknya anak muda yang menekuninya.

Editor: Cholis Anwar

Komentar

Terpopuler