Rabu, 19 November 2025


Kegelisahan itu diungkapkan salah satu perajin besek Rukah di Desa Jepang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Pada Murianews.com, warga RT 1 RW 5 Desa Jepang itu menceritakan, ia sudah menekuni membuat besek sejak sepuluh tahun. Perempuan 58 tahun itu menggeluti usaha membuat besek secara turun temurun dari orang tuanya.

Baca: Perajin Besek di Kudus Ketiban Cuan Jelang Iduladha

Ayahnya dulu merupakan perajin kepang. Kepang merupakan anyaman bambu yang biasa digunakan sebagai sekat atau dinding di rumah.

Warisan turun temurun itu tampaknya bakal terhenti sampai pada Rukah. Sebab, Satu-satunya putranya enggan melanjutkan usahanya sebagai perajin besek.

Mboten diwariske lha putro mboten purun. Putro sakniki nyambut damel di perusahaan swasta (Tidak diwariskan karena anak saya tidak mau. Anak saya sekarang bekerja di perusahaan swasta),” katanya, Senin (26/6/2023).

Menurutnya, upah yang didapatkan dari membuat besek tidaklah sepadan dengan jerih payah proses pembuatannya. Akibatnya generasi di sekitar rumahnya yang lebih muda darinya tidak ada yang meneruskan.

Sing enom nggih mboten wonten sing gelem ndamel besek. Hasile kedik (generasi muda tidak ada yang mau membuat besek. Hasilnya sedikit, red),” sambungnya.

Dia menjelaskan, harga satu pcs besek (tutup dan alas, red) hanya Rp 1.300 saja. Nominal harga tersebut tidak berubah banyak seperti tahun lalu yang hanya Rp 1.200 per pcsnya.

Dalam sehari, dia mampu membuat 20 pcs besek untuk tempat daging. Jumlah tersebut sudah sepasang tutup beserta alasnya. Artinya, dalam sehari dia hanya mampu mengantongi Rp 26 ribu dari 20 pcs besek yang terjual.

Keinginan dirinya untuk menaikkan harga besek juga menjadi dilema baginya. Sebab, dirinya takut kehilangan pelanggan.”Mboten mundak mangke mboten purun pelanggane (Tidak menaikkan harga karena nanti malah tidak mau pelanggannya). Mangke (nanti) malah cari lain,” terangnya.Ada proses yang panjang untuk membuat besek. Rukah harus membeli bambu sepanjang 4,5 meter sampai 5 meter di Pasar Doro, Desa Gulang, Kecamatan Mejobo, Kabupaten Kudus.Harga bambu berukuran 4,5 meter sampai 5 meter itu Rp 11 ribu. Biaya itu belum termasuk transportasi dan biaya potong bambu.”Kalau dihitung semua habis Rp 16 ribu,” ujarnya.Tidak berhenti di situ, sesampainya di rumah dirinya masih harus memotong bambu menjadi bagian yang lebih kecil. Kemudian dilanjutkan dengan menghaluskan dengan cara menyayat bambu menjadi lembaran.Setelah menjadi lembaran, selanjutnya Rukah menjemur lembaran tersebut di halaman rumahnya. Kemudian, proses selanjutnya yakni menganyam menjadi besek.Dirinya memilih bertahan lantaran masih adanya pesanan di Kota Kretek. Utamanya saat Iduladha.”Saat ruwah, besaran, rajab, syawal masih ada pembeli. Setelah Iduladha juga masih ada yang beli untuk tempat getuk, peyem, dan tape,” terangnya. Editor: Zulkifli Fahmi

Baca Juga

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler