Jumat, 18 April 2025

Murianews, Kudus – Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa atau UNESCO menetapkan sumbu filosofi Yogyakarta sebagai warisan budaya dunia.

Penetapan itu dilakukan dalam Sidang ke-45 Komite Warisan Dunia atau World Heritage Committe (WHC) di Riyadh, Arab Saudi, Senin (18/9) malam waktu Indonesia.

Usai penetapan itu, pemerintah masih memiliki pekerjaan rumah yang tak mudah. Itu diungkapkan Dosen Arkeologi UGM, Fahmi Prihantoro.

Diketahui, sumbu filosofi Yogyakarta yakni berupa garis imajiner lurus yang membentang dari Gunung Merapi, Tugu Pal Putih atau Tugu Yogyakarta, Alun-Alun Lor Yogyakarta, Keraton Yogyakarta, Alun-Alun Kidul Yogyakarta, Panggung Krapyak, dan Pantai Selatan.

Menurut Fahmi, saat dihubungi Murianews.com, mengangkat warisan masa lalu untuk dipertahankan hingga sekarang merupakan hal yang bagus.

”Sebuah hal yang bagus, tetapi hal yang harus dipikirkan itu bagaimana mempertahankan hal yang sudah bagus ini,” katanya, Rabu (20/9/2023).

Fahmi menilai penetapan warisan budaya tersebut tidak boleh sebatas simbolis saja. Melainkan harus ada tindaklanjut dari pemerintah untuk menyosialisasikan pada masyarakat dan mempertahankan keutuhan sumbu filosofi Yogyakarta itu.

”Supaya tidak hanya segelintir orang saja yang tahu tentang hal ini. Pemerintah harus lebih masif menyosialisasikan hal ini,” sambungnya.

Dia meyakini belum semua tahu apa sumbu filosofi itu. Oleh sebab itu, dia menilai perlu ada sosialisasi, terutama ke generasi muda.

Tidak berhenti di situ, merawat sumbu filosofi ini tergolong penting. Sebab, bukan tidak mungkin penetapan tersebut dicabut kembali.

”UNESCO tentunya tetap akan memantau perkembangan sumbu filosofi ini ke depannya. Ketika nantinya ada bagian yang hilang atau rusak bukan tidak mungkin dapat ditarik kembali,” terangnya.

Dia mencontohkan, Candi Borobudur pernah mendapatkan warning saat jumlah pengunjung yang datang ke candi terlalu banyak. Oleh sebab itu dirinya berharap pemerintah tetap melestarikan warisan budaya yang sudah ditetapkan UNESCO ini.

”Langkah ke depan pastinya tidak mudah karena akan dipantau UNESCO. Kalau pelestariannya tidak bagus bukan tidak mungkin akan dicabut,” imbuhnya.

 

Editor: Zulkifli Fahmi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler