”Kami membuat MPASI untuk balita usia 6 bulan hingga 8 bulan, usia 9 bulan hingga 11 bulan, dan usia 12 bulan hingga 23 bulan,” katanya, Kamis (26/9/2024).
Ada tiga menu makanan bergizi yang dibuat untuk pencegahan stunting ini. Yakni nasi tim, bubur saring, dan kudapan dari nuget.
Menu nasi tim dibuat menggunakan berbagai bahan. Meliputi nasi, ayam, dan sayuran. Pada menu kedua yang dibuat yakni bubur saring dengan bahan terdiri dari nasi, ikan, dan sayuran.
”Untuk kudapannya terbuat dari nuget. Nuget ini boleh direbus maupun digoreng,” sambungnya.
Berbagai menu telah disiapkan, mulai dari nasi, ikan nila, telur puyuh, wortel, sayuran, wortel, labu dan nuget.
”Ketiga menu itu disajikan secara halus agar mudah dikonsumsi oleh balita. Seperti menu bubur saring yang bisa dibuat untuk usia enam bulan hingga delapan bulan. Nugetnya bisa dihaluskan dulu,” terangnya.
Ia menambahkan, tiga menu yang dibuat itu aman untuk disantap. Tentunya menyesuaikan usia balita yang bersangkutan.
”Dengan membuat sendiri semacam ini kebersihan makanan menjadi terjamin. Kami juga memfasilitasi balita yang tidak suka ikan. Makanya kami ganti dengan sayuran. Kami sediakan telur puyuh dan ayam juga supaya ada protein hewaninya demi mencegah stunting,” ujarnya.
Tidak berhenti di situ, ia juga menggunakan minyak dengan takaran 1/4 sendok makan. Hal itu dilakukan agar berat badan balita mengalami kenaikan yang signifikan.
Ia menambahkan, permasalahan stunting harus ditangani segera mungkin. Hal ini dimulai dari ibu hamil untuk mengonsumsi asupan gizi yang cukup.
”Kalau asupan gizi ibu hamil tidak cukup maka akan memiliki risiko stunting. Maka dari itu permasalahan stunting harus diintervensi sejak dini,” ucapnya.
Lebih lanjut, dirinya juga menyampaikan batas minimal berat badan bayi yang baru lahir. Sehingga dapat digunakan sebagai pedoman stunting atau tidaknya. Yakni bayi baru lahir minimal harus memiliki berat 2,6 kilogram.
”Untuk tinggi badan atau panjang minimal bayi yang baru lahir yakni 48 sentimeter,” imbuhnya.
Murianews, Kudus – Tim Penggerak (TP) PKK Kabupaten Kudus, Jawa Tengah bersinergi bersama Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus untuk membuat menu makanan bergizi yang dapat mencegah terjadinya stunting. Program itu diwujudkan dalam bentuk sosialisasi sekaligus praktik pembuatan menu cegah stunting.
TP PKK Kudus bersama DKK Kudus menggelar seminar dan praktik bertajuk ”Sosialisasi Pembuatan Menu Cegah Stunting Melalui Kedai Balita si Cantik di Tingkat Desa”. Acara ini berlangsung di Aula Dinas Tenaga Kerja Perindustrian Koperasi dan UKM Kabupaten Kudus pada Kamis (26/9/2024).
Ahli Gizi DKK Kudus, Susmariyanti Kurniasih mengatakan, ibu-ibu PKK diberi pelatihan untuk membuat Makanan Pendamping Asi (MPASI). Tujuannya untuk mencegah stunting.
”Kami membuat MPASI untuk balita usia 6 bulan hingga 8 bulan, usia 9 bulan hingga 11 bulan, dan usia 12 bulan hingga 23 bulan,” katanya, Kamis (26/9/2024).
Ada tiga menu makanan bergizi yang dibuat untuk pencegahan stunting ini. Yakni nasi tim, bubur saring, dan kudapan dari nuget.
Menu nasi tim dibuat menggunakan berbagai bahan. Meliputi nasi, ayam, dan sayuran. Pada menu kedua yang dibuat yakni bubur saring dengan bahan terdiri dari nasi, ikan, dan sayuran.
”Untuk kudapannya terbuat dari nuget. Nuget ini boleh direbus maupun digoreng,” sambungnya.
Berbagai menu telah disiapkan, mulai dari nasi, ikan nila, telur puyuh, wortel, sayuran, wortel, labu dan nuget.
”Ketiga menu itu disajikan secara halus agar mudah dikonsumsi oleh balita. Seperti menu bubur saring yang bisa dibuat untuk usia enam bulan hingga delapan bulan. Nugetnya bisa dihaluskan dulu,” terangnya.
Ia menambahkan, tiga menu yang dibuat itu aman untuk disantap. Tentunya menyesuaikan usia balita yang bersangkutan.
”Dengan membuat sendiri semacam ini kebersihan makanan menjadi terjamin. Kami juga memfasilitasi balita yang tidak suka ikan. Makanya kami ganti dengan sayuran. Kami sediakan telur puyuh dan ayam juga supaya ada protein hewaninya demi mencegah stunting,” ujarnya.
Tidak berhenti di situ, ia juga menggunakan minyak dengan takaran 1/4 sendok makan. Hal itu dilakukan agar berat badan balita mengalami kenaikan yang signifikan.
Ia menambahkan, permasalahan stunting harus ditangani segera mungkin. Hal ini dimulai dari ibu hamil untuk mengonsumsi asupan gizi yang cukup.
”Kalau asupan gizi ibu hamil tidak cukup maka akan memiliki risiko stunting. Maka dari itu permasalahan stunting harus diintervensi sejak dini,” ucapnya.
Lebih lanjut, dirinya juga menyampaikan batas minimal berat badan bayi yang baru lahir. Sehingga dapat digunakan sebagai pedoman stunting atau tidaknya. Yakni bayi baru lahir minimal harus memiliki berat 2,6 kilogram.
”Untuk tinggi badan atau panjang minimal bayi yang baru lahir yakni 48 sentimeter,” imbuhnya.
Pj Ketua TP PKK Kabupaten Kudus.....
Sementara itu, Pj Ketua TP PKK Kabupaten Kudus, Aini Hasan Chabibie menyampaikan isu stunting menjadi fokus bersama. Hal ini mengingat masih banyak ditemui permasalahan gizi bagi bayi dan anak di bawah usia dua tahun.
”Permasalahan stunting penting untuk diselesaikan. Sebab stunting bisa mengganggu kualitas Sumber Daya Manusia. Stunting berkaitan dengan kesehatan dan bahkan menyebabkan kematian pada anak,” katanya, Kamis (26/9/2024).
Menurutnya, permasalahan stunting harus segera dituntaskan. Hal itu bertujuan agar permasalahan stunting tidak menghambat momentum generasi emas Indonesia pada 2045 mendatang.
Lebih lanjut, pada tahun 2024 pemerintah telah menetapkan target nasional penurunan stunting sebesar 14 persen. Ia menilai untuk meraih capaian itu membutuhkan sinergi dari pemerintah dan stakeholder terkait.
Berdasarkan data dari elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (e-PPGBM) angka stunting di Kabupaten Kudus per tahun 2023 mencapai 3,69 persen. Melihat hasil itu, angka kasus stunting di Kabupaten Kudus masih berada di bawah kasus nasional.
”Meski demikian, pada tahun 2024 Pemkab Kudus menargetkan angka stunting turun menjadi nol kasus,” sambungnya.
Ia menambahkan, permasalahan stunting di Kota Kretek menurutnya tidak disebabkan karena faktor kemiskinan. Melainkan ketiadaan waktu untuk mengolah makanan bergizi. Sehingga asupan yang diberikan kepada anak-anak balita angka kecukupan gizinya di bawah standar.
”Berkaca dari hal itu, upaya untuk pengentasan stunting kami lakukan dengan cara mendirikan kedai balita SiCantik (Aksi Cegah Anak Stunting dengan Intervensi Kolaboratif),” terangnya.
Kedai Balita SiCantik ini menyediakan makanan bergizi siap saji. Sehingga memudahkan warga untuk mendapatkan makanan bergizi untuk anak balita.
Pendirian kedai balita SiCantik ini telah diperluas ke berbagai desa. Ia berharap adanya pelatihan ini dapat memberikan ilmu kepada para kader PKK untuk mengetahui standar keamanan pangan siap saji dan memahami nilai kecukupan gizinya.
Berkaca dari hal itu ia juga berharap para kader PKK dapat menyosialisasikan menu makanan pencegah stunting kepada warga binaannya. Sehingga dapat diaplikasikan hingga ke skala rumah tangga.
”Sosialisasi ini juga memberikan materi kewirausahaan sebagai bekal kemampuan manajerial pengelolaan kedai balita,” pungkasnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus (DKK Kudus), Jawa Tengah, dokter Andini Aridewi menyampaikan pihaknya terus berupaya untuk melakukan intervensi terhadap permasalahan stunting. Ia menyebut angka prevalensi stunting di Kota Kretek pada tahun 2023 sebesar 15,7 persen. Jumlah itu sudah bagus lantaran di bawah angka kasus stunting secara nasional yang masih 20 persen.
”Kami terus melakukan intervensi secara spesifik langsung ke arah sasarannya. Tidak hanya itu kami juga berupaya mengendalikan permasalahan stunting ini dengan berbagai cara,” ujarnya.
Ia menjelaskan, berbagai cara pencegahan dilakukan. Yakni dengan menyasar remaja putri dengan program Aksi Bergizi di sekolah. Hal ini diwujudkan dengan membagikan tablet tambah darah yang bertujuan untuk mencegah anemia.
”Anemia itu bisa berdampak risiko bagi ibu hamil. Sebab perkembangan janin menjadi tidak sehat dan bayi yang dilahirkan bisa memiliki permasalahan gizi, sehingga kondisi kesehatannya tidak bagus,” terangnya.
Program aksi bergizi ini sebelumnya telah dilaksanakan di DKK Kudus bersama 19 puskesmas terkait. Lokasinya di MAN 1 Kudus pada Senin (12/8/2024) silam.
Pada program itu, sebelum minum tablet tambah darah bersama, para remaja putri mengikuti senam bersama terlebih dahulu. Kemudian dilanjutkan sarapan makanan bergizi dan mengonsumsi suplemen tambah darah secara bersama-sama.
Disuguhkan Asupan.....
Pada acara tersebut, siswa disuguhkan dengan asupan menu makanan bergizi. Yakni mengandung protein, karbohidrat, sayuran, buah-buahan dan jus.
”Kemudian, untuk ibu hamil kami upayakan agar menjadi ibu hamil yang sehat. Sehingga janin juga sehat. Ibu hamil juga kami edukasi untuk memeriksakan kehamilannya secara teratur,” ujarnya.
Tak berhenti di situ, pada fasilitas kesehatan di puskesmas dan rumah sakit juga telah diwajibkan memenuhi standar pemeriksaan kesehatan dan penangan persalinan. Lebih lanjut program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) juga diberikan.
”Penanganan bayi dan balita juga kami lakukan dengan cara memberikan makanan tambahan berupa makanan khusus untuk balita dengan gizi bermasalah. Pemberian ASI ekslusif juga kami sarankan,” terangnya.
Lebih lanjut, pemberian makanan pendamping ASI secara masif disosialisasikan DKK Kudus. Itu dilakukan dengan menggandeng TP PKK.
”Kami inisiasi juga pembentukan kedai balita SiCantik. Di tiap-tiap desa sudah ada satu sampai dua kedai. Di sembilan kecamatan sudah ada. Secara keseluruhan di Kabupaten Kudus sudah ada 18 kedai balita SiCantik,” ucapnya.
Terpisah, Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus, Nuryanto menyampaikan perihal penanganan stunting di Kabupaten Kudus telah dikucur menggunakan APBD 2024 sebesar Rp 7.250.425.000 miliar. Nominal anggaran itu digunakan untuk berbagai kegiatan DKK Kudus untuk pencegahan stunting.
”Anggaran tersebut sudah kami gunakan untuk berbagsi kegiatan pencegahan dan pengobatan stunting,” jelasnya.
Berbagai kegiatan telah dilaksanakan DKK Kudus dari APBD tersebut. Di antaranya program Pangan Olahan untuk Keperluan Medis Khusus (PKMK), program Pangan Olahan untuk Diet Khusus (PDK), program Pemberian Makanan Tambahan (PMT), sosialisasi pencegahan stunting, dan lainnya.
”Kami laksanakan program PKMK untuk anak stunting. Sehingga gizinya bisa terpenuhi. Selanjutnya, seiring berjalannya waktu tidak lagi stunting,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Disnakerperinkop dan UKM Kudus, Rini Kartika Hadi Ahmawati menyampaikan pihaknya memfasilitasi ruangan untuk tempat pelaksanaan pembuatan menu makanan pencegahan stunting. Selain itu pihaknya berperan sebagai narasumber terkait kewirausahaan.
”Supaya teman-teman PKK juga memiliki bekal kewirausahaan untuk mengelola keuangan serta mempromosikan produknya,” ucapnya.
Ia berharap adanya sinergi dari TP PKK Kudus, DKK Kudus, dan Disnaker dapat terus terjalin dengan baik. Sehingga dapat mengembangkan menu pencegahan stunting untuk balita.
”Selain itu juga bisa memunculkan wirausahawan baru,” imbuhnya.