Berbagai produk kerajinan tangan itu dihargai mulai dari Rp 15 ribu sampai Rp 1,5 juta. Penjualan sejauh ini baru di sekitar Kabupaten Kudus saja.
Kepedulian dirinya terhadap lingkungan juga diwujudkan melalui kegiatan sosialisasi ke beberapa sekolah dan ke ibu-ibu PKK.
”Sampah dari warga kami tampung sebulan sekali di minggu ketiga. Pencairannya menjadi uang setelah enam bulan,” imbuhnya.
Murianews, Kudus – Perempuan berusia 55 tahun asal Desa Prambatan Lor, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah bernama Chamdawati begitu peduli dengan sampah. Kepeduliannya itu ia wujudkan dengan menyulap sampah menjadi produk bernilai jual.
Berbagai produk kerajinan tangan dibuatnya dari sampah bungkus makanan. Mulai dari pin, dompet, tempat tisu, gantungan kunci, tas, dan tikar.
”Semuanya berawal dari keprihatinan saya terhadap sampah di lingkungan sekitar. Kebetulan saya juga pengurus bank sampah di desanya yang berada di RT 02, RW 03,” katanya beberapa waktu lalu.
Ia menambahkan, sampah yang terkumpul di bank sampah di desanya ia beli untuk dikreasikan menjadi produk bernilai jual. Langkah itu sebagai upaya untuk menyadarkan warga untuk lebih peduli terhadap sampah.
Di desanya terdapat lima bank sampah. Dalam sebulan biasanya dia mendapatkan lima kilogram sampah plastik untuk digunakan membuat produk kerajinan tangan.
”Sampah yang saya beli dari bank sampah itu seperti bungkus kemasan minuman sachet. Terkadang juga botol air mineral,” sambungnya.
Ia mencontohkan, untuk membuat produk tas dari bungkus kopi sachet membutuhkan 400 bungkus. Itu juga bergantung dengan besar kecilnya ukuran tas yang dikehendaki.
”Untuk pembuatan tas membutuhkan waktu satu minggu bergantung besar kecilnya tas. Durasi satu minggu itu sudah termasuk proses mencuci bungkus sachet hingga produk siap pakai,” terangnya.
Berbagai produk kerajinan tangan itu dihargai mulai dari Rp 15 ribu sampai Rp 1,5 juta. Penjualan sejauh ini baru di sekitar Kabupaten Kudus saja.
”Imbauan kami agar sampah dikelola mulai dari rumah dulu. Kami juga mengimbau agar masyarakat memilah sampah sebelum disetor ke bank sampah,” ujarnya.
Kepedulian dirinya terhadap lingkungan juga diwujudkan melalui kegiatan sosialisasi ke beberapa sekolah dan ke ibu-ibu PKK.
”Sampah dari warga kami tampung sebulan sekali di minggu ketiga. Pencairannya menjadi uang setelah enam bulan,” imbuhnya.
Editor: Dani Agus