”Per porsi dianggarkan Rp 10 ribu untuk menu MBG sebenarnya sudah bisa memenuhi kebutuhan gizi,” kata Pengamat Kesehatan dr Ahmad Syaifuddin, Kamis (16/1/2025).
Diketahui, penyiapan program MBG telah dilakukan di Ponpes Nashrul Ummah, Senin (13/1/2025). Di kesempatan itu, menu yang disediakan mencakup nasi, daging ayam, tahu, sayuran jipang, semangka, dan susu.
Syaifuddin mengatakan, untuk mendapatkan menu bergizi tidaklah harus mahal. Menurutnya, hal terpenting yang harus diperhatikan yakni terpenuhinya kadar protein, karbohidrat, vitamin, serat, dan lemak di setiap menu MBG.
Dengan uang Rp 10 ribu, menurutnya sudah bisa mendapatkan makanan dengan kandungan itu seluruhnya.
”Sumber protein bisa didapatkan dari telur, tidak harus ayam. Kemudian protein nabatinya bisa dari tahu atau tempe tidak melulu harus ayam dan (daging) kerbau,” sambungnya.
Selain itu, nominal Rp 10 ribu per menu jika memasaknya dalam jumlah besar juga bisa lebih efisien. Itu dapat memangkas biaya operasional agar lebih hemat.
”Penyediaan susunya bisa dari lokalan. Intinya dari Rp 10 ribu itu sudah bisa kok mendapatkan makan bergizi. Hal terpenting itu kandungan gizinya harus ada,” terangnya.
Murianews, Kudus – Anggaran Makan Bergizi Gratis (MBG) di Kabupaten Kuuds, Jawa Tengah ditetapkan senilai Rp 10 ribu per porsinya. Nilai itu disebut sudah bisa mendapatkan menu makanan bergizi.
”Per porsi dianggarkan Rp 10 ribu untuk menu MBG sebenarnya sudah bisa memenuhi kebutuhan gizi,” kata Pengamat Kesehatan dr Ahmad Syaifuddin, Kamis (16/1/2025).
Diketahui, penyiapan program MBG telah dilakukan di Ponpes Nashrul Ummah, Senin (13/1/2025). Di kesempatan itu, menu yang disediakan mencakup nasi, daging ayam, tahu, sayuran jipang, semangka, dan susu.
Syaifuddin mengatakan, untuk mendapatkan menu bergizi tidaklah harus mahal. Menurutnya, hal terpenting yang harus diperhatikan yakni terpenuhinya kadar protein, karbohidrat, vitamin, serat, dan lemak di setiap menu MBG.
Dengan uang Rp 10 ribu, menurutnya sudah bisa mendapatkan makanan dengan kandungan itu seluruhnya.
”Sumber protein bisa didapatkan dari telur, tidak harus ayam. Kemudian protein nabatinya bisa dari tahu atau tempe tidak melulu harus ayam dan (daging) kerbau,” sambungnya.
Selain itu, nominal Rp 10 ribu per menu jika memasaknya dalam jumlah besar juga bisa lebih efisien. Itu dapat memangkas biaya operasional agar lebih hemat.
”Penyediaan susunya bisa dari lokalan. Intinya dari Rp 10 ribu itu sudah bisa kok mendapatkan makan bergizi. Hal terpenting itu kandungan gizinya harus ada,” terangnya.
Kandungan Gizi Diperhatikan...
Pihaknya menekankan program MBG harus benar-benar memperhatikan kandungan gizi di setiap menunya. Sehingga tujuan dari adanya program MBG dapat tercapai dengan baik.
”Jangan hanya memburu kenyangnya. Tetapi juga kandungan gizi pada program MBG ini harus ada,” imbuhnya.
Kabid Kesehatan Masyarakat Dinas Kesehatan Kabupaten (DKK) Kudus, Jawa Tengah Nuryanto sependapat dengan hal tersebut. Menurutnya, menu Rp 10 ribu bisa memenuhi kebutuhan gizi.
”Menu Rp 10 ribu per porsi bisa untuk mendapatkan makanan bergizi. Harga tersebut sudah bisa mengandung makanan dengan kebutuhan protein, karbohidrat, serat, mineral dan lemak,” terangnya.
Ia menambahkan, harga tersebut juga masih bisa menggunakan susu dengan catatan susu dari peternak lokal. Sebab, harga susunya lebih terjangkau.
”Bisa juga memanfaatkan susu dari peternak lokal. Karena kalau menggunakan susu dari pabrikan harganya sudah mencapai Rp 3500 untuk ukuran 115 ml,” imbuhnya.
Sudah Berjalan...
Diketahui, program MBG telah berjalan di Kudus, Senin (13/1/2025). Suplai menu MBG dilakukan dapur gizi di Ponpes Nashrul Ummah dengan sasaran 3.263 orang.
Jumlah itu tersebar di 17 sekolah di sekitar kawasan ponpes. Menu tersebut senilai Rp 10 ribu per porsinya.
Adapun secara keseluruhan, sasaran MBG di Kudus sejumlah 122 ribu. Mereka mencakup anak PAUD, siswa SD dan SMP, pelajar SMA serta ibu hamil.
Namun, dari Pemkab Kudus hanya mampu mengkover sebanyak 73.655 oramh di jenjang pendidikan SD dan SMP negeri dan swasta. Jumlah itu belum termasuk siswa MI dan Mts.
Editor: Zulkifli Fahmi