Kamis, 20 November 2025

Murianews, Kudus – Para penyedia jasa penukaran uang di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, kini tengah menghadapi kesulitan. Prosedur penukaran uang yang rumit melalui sistem online di situs web Bank Indonesia (BI) menjadi penyebab utama keluhan mereka.

Suwarno, salah seorang pelaku jasa penukaran uang, mengungkapkan bahwa mendapatkan uang pecahan kini sangat sulit. Ia mengalami kendala dalam menukarkan uang di Bank Indonesia.

”Sekarang sulit sekali menukar uang, sangat dibatasi. Biasanya, beberapa bank melayani penukaran. Namun, tahun ini harus mendaftar secara online melalui situs web Bank Indonesia. Ketika mendaftar, ternyata pecahan uangnya sudah habis,” ujarnya pada Senin (17/3/2025).

Akibat kesulitan memperoleh pecahan uang, Suwarno terpaksa mencari pasokan dari pengepul. Namun, harga jasa yang dikenakan pengepul sudah mencapai 10 persen.

”Saya mengambil dari pengepul, biaya jasanya sudah cukup tinggi, 10 persen. Kemudian, saya menjualnya kepada masyarakat dengan biaya jasa 15 persen,” lanjutnya.

Kenaikan biaya jasa ini berdampak pada penurunan jumlah pelanggan. "Semakin tinggi biaya jasanya, semakin sedikit pelanggan yang berminat menukar uang," jelasnya.

Menurut Suwarno, minat pelanggan untuk menukar uang tahun ini tidak seramai tahun sebelumnya. Banyak pelanggan yang akhirnya mundur karena biaya jasa yang terlalu mahal.

”Kami kesulitan menjual karena banyak konsumen yang mengeluh mahal,” katanya.

Sepi Pembeli...

Sejak Sabtu pekan lalu, Suwarno mengaku hanya memperoleh pendapatan kotor sebesar Rp 3 juta dari jasa penukaran uang. Padahal, pada tahun sebelumnya, ia bisa meraup pendapatan antara Rp 5 juta hingga Rp 10 juta.

”Sekarang, mencari pendapatan Rp 6 juta hingga Rp 8 juta saja sulit,” terangnya.

Ia menyediakan berbagai pecahan uang, seperti Rp 2 ribu, Rp 5 ribu, dan Rp 20 ribu. ”Saya hanya punya pecahan Rp 2 ribu, Rp 5 ribu, dan Rp 20 ribu. Untuk pecahan Rp 10 ribu, sulit dicari,”" tambahnya.

Kesulitan serupa juga dialami oleh Aldino Ganda Brilian, penyedia jasa penukaran uang lainnya. Ia bahkan harus mencari uang baru hingga ke Demak dan Semarang.

”Saya mengambil dari orang di daerah Demak, biaya jasanya saja sudah 13 persen. Kemudian, saya menjualnya kepada masyarakat dengan biaya jasa 18 persen,” ungkapnya.

Editor: Supriyadi

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler