Ritual sakral pemberian makan bulus dilakukan di depan Makam Mbah Dudo yang berada di RW 5, Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ritual diawali dengan doa terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan memberi makan.
Pemberi makan bulus kali ini bernama Nyai Sudarsih yang merupakan juru kunci makam Mbah Dudo. Terkadang juga diwakili oleh putranya yang bernama Ahmad Sudirman.
”Tradisi memberi makan bulus dilakukan untuk mengenang santri dari Mbah Dudo yang disabda menjadi bulus oleh Sunan Muria,” katanya, Senin (7/4/2025).
”Prosesi pemberian makan bulus dengan ketupat itu dilakukan setiap selesai kirab. Masyarakat sini terkadang juga memberi makan nasi dan telur. Biasanya bulusnya doyan diberi makan nasi dan telur,” sambungnya.
Ia menambahkan, tradisi memberi makan bulus terus dilestarikan setiap tahunnya. Bahkan sudah dilakukan secara turun temurun.
”Pemberian makan ke bulus tidak hanya dilakukan saat acara Kirab Bulusan saja. Tetapi setiap hari ada masyarakat yang datang memberi makan bulus. Termasuk peziarah yang datang ke Makam Mbah Dudo juga memberikan makan ke bulus,” terangnya.
Murianews, Kudus – Tradisi Kupatan memberi makan bulus dilakukan setiap Kirab Bulusan selesai digelar. Bulus yang terdapat di kolam yang berada tak jauh dari kawasan Makam Mbah Dudo diberi makan ketupat dan ayam.
Ritual sakral pemberian makan bulus dilakukan di depan Makam Mbah Dudo yang berada di RW 5, Dukuh Sumber, Desa Hadipolo, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ritual diawali dengan doa terlebih dahulu, lalu dilanjutkan dengan memberi makan.
Pemberi makan bulus kali ini bernama Nyai Sudarsih yang merupakan juru kunci makam Mbah Dudo. Terkadang juga diwakili oleh putranya yang bernama Ahmad Sudirman.
”Tradisi memberi makan bulus dilakukan untuk mengenang santri dari Mbah Dudo yang disabda menjadi bulus oleh Sunan Muria,” katanya, Senin (7/4/2025).
Ia menyampaikan tradisi memberi makan bulus dipercaya sudah ada sejak zaman para wali. Bahkan sampai saat ini masih terus dilestarikan.
”Prosesi pemberian makan bulus dengan ketupat itu dilakukan setiap selesai kirab. Masyarakat sini terkadang juga memberi makan nasi dan telur. Biasanya bulusnya doyan diberi makan nasi dan telur,” sambungnya.
Ia menambahkan, tradisi memberi makan bulus terus dilestarikan setiap tahunnya. Bahkan sudah dilakukan secara turun temurun.
”Pemberian makan ke bulus tidak hanya dilakukan saat acara Kirab Bulusan saja. Tetapi setiap hari ada masyarakat yang datang memberi makan bulus. Termasuk peziarah yang datang ke Makam Mbah Dudo juga memberikan makan ke bulus,” terangnya.
Kirab jadi Ikon...
Saat acara kirab berlangsung beberapa peserta kirab dari masing-masing Rukun Tetangga (RT) menyiapkan penampilan terbaiknya untuk dipentaskan di sekitar kawasan Makam Mbah Dudo. Dari total sembilan RT yang ikut serta, sebanyak lima di antaranya menampilkan ikon bulus.
”Ada lima RT yang menampilkan ikon bulusan. Kelimanya yakni RT 1,2,6,7, dan 8,” imbuhnya.
Pada Kirab Bulusan menampilkan sepuluh gunungan hasil bumi yang dikirab. Sembilan gunungan itu merupakan karya dari masyarakat setempat yang terdiri dari sembilan RT dan berupa hasil bumi.
Sedangkan satu gunungan merupakan sumbangsih dari Pemdes Hadipolo. Gunungan ini berupa kupat dan lepet. Gunungan ini diletakkan di barisan paling depan.
Editor: Supriyadi