Satria-1 Mengorbit, Perkuat Jaringan Internet di Papua
Zulkifli Fahmi
Senin, 19 Juni 2023 15:10:35
Sempat ada penundaan proses peluncurannya. Satria-1 rencana diluncurkan pukul 18.04 waktu setempat. Namun akhirnya, Satria-1 bisa mengangkasa pukul 18.21 waktu setempat.
Satria-1 akan berada di orbit 146 derajat Bujur Timur. Tepatnya berada di atas wilayah Papua. Satelit itu diharapkan dapat menempati orbit dan beroperasi dengan baik.
”Alhamdulillah tadi peluncuran berlangsung dengan baik. Ini capaian yang sangat hebat dan keberhasilan atas doa seluruh rakyat Indonesia,” ungkap Plt Direktur Utama Bakti Kominfo, Arief Tri Hardiyanto seperti dikutip
Murianews.com dari
Detik.com, Senin (19/6/2023).
Baca: Mahfud MD Ditunjuk Jokowi Sebagai Plt MenkominfoUsai peluncuran, Satria-1 akan dipantau Thales Alenia Space. Pemantauan itu untuk memastikan seluruh perangkat bisa berfungsi dengan baik.
”Mudah-mudahan semua perangkat yang ada di Satria-1 dapat bekerja dengan baik solar cell dan antenanya. Dan bisa terkendali dari stasiun bumi,” tuturnya.
Adapun, satelit Satria-1 ini belum bisa langsung beroperasi karena harus melalui berbagai proses pengujian dan ditargetkan dapat dimanfaatkan pada awal tahun 2024.
”Semoga seluruh tahapan berjalan lancar hingga nanti bisa menempati orbit pada bulan November 2023,” ujarnya.Satria-1 diluncurkan menggunakan roket Facon 9 setinggi 70 meter dan beratnya 580 ton. Roket itu terdiri dari tiga komponen, step 1, step 2, dan fairing. Semuanya sudah utuh dalam satu kesatuan bersama satelitnya.Sekitar 2 menit usai lepas landas, bagian 1 roket lepas sehingga penerbangan dilanjutkan roket kedua. Kemudian, secara paralel dalam 8 menit, roket 1 itu akan kembali ke Bumi untuk digunakan dalam peluncuran satelit klien SpaceX yang lain.Setelah engine di tahap kedua lepas, Satelit Satria-1 akan melakukan electric orbit raising. Proses ini membutuhkan waktu 145 hari.Untuk diketahui, Satria-1 yang berbobot 4,6 ton itu berkapasitas 150 Gbps. Satelit berjenis Very High Throughput Satellite (VHTS) ini punya masa hidup sampai 15 tahun.Tidak seperti rencana awal, Satria-1 semula difungsikan untuk menghadirkan akses internet di 150 ribu titik. Namun, kini diubah menjadi 50 ribu titik.Pertimbangan perubahan titik layanan internet itu karena kebutuhan masyarakat akan akses ke dunia maya terus mengalami peningkatan, sehingga tidak cukup apabila di setiap titiknya hanya disediakan 1 Mbps. Nantinya, setiap fasilitas layanan publik dapat menikmati kecepatan internet sekitar 4 Mbps.
Murianews, Jakarta – Satelit Republik Indonesia atau Satria-1 berhasil diluncurkan. Peluncurannya dilakukan di Cape Canaveral, Florida, Amerika Serikat, Minggu (18/6/2023) waktu setempat.
Sempat ada penundaan proses peluncurannya. Satria-1 rencana diluncurkan pukul 18.04 waktu setempat. Namun akhirnya, Satria-1 bisa mengangkasa pukul 18.21 waktu setempat.
Satria-1 akan berada di orbit 146 derajat Bujur Timur. Tepatnya berada di atas wilayah Papua. Satelit itu diharapkan dapat menempati orbit dan beroperasi dengan baik.
”Alhamdulillah tadi peluncuran berlangsung dengan baik. Ini capaian yang sangat hebat dan keberhasilan atas doa seluruh rakyat Indonesia,” ungkap Plt Direktur Utama Bakti Kominfo, Arief Tri Hardiyanto seperti dikutip
Murianews.com dari
Detik.com, Senin (19/6/2023).
Baca: Mahfud MD Ditunjuk Jokowi Sebagai Plt Menkominfo
Usai peluncuran, Satria-1 akan dipantau Thales Alenia Space. Pemantauan itu untuk memastikan seluruh perangkat bisa berfungsi dengan baik.
”Mudah-mudahan semua perangkat yang ada di Satria-1 dapat bekerja dengan baik solar cell dan antenanya. Dan bisa terkendali dari stasiun bumi,” tuturnya.
Adapun, satelit Satria-1 ini belum bisa langsung beroperasi karena harus melalui berbagai proses pengujian dan ditargetkan dapat dimanfaatkan pada awal tahun 2024.
”Semoga seluruh tahapan berjalan lancar hingga nanti bisa menempati orbit pada bulan November 2023,” ujarnya.
Satria-1 diluncurkan menggunakan roket Facon 9 setinggi 70 meter dan beratnya 580 ton. Roket itu terdiri dari tiga komponen, step 1, step 2, dan fairing. Semuanya sudah utuh dalam satu kesatuan bersama satelitnya.
Sekitar 2 menit usai lepas landas, bagian 1 roket lepas sehingga penerbangan dilanjutkan roket kedua. Kemudian, secara paralel dalam 8 menit, roket 1 itu akan kembali ke Bumi untuk digunakan dalam peluncuran satelit klien SpaceX yang lain.
Setelah engine di tahap kedua lepas, Satelit Satria-1 akan melakukan electric orbit raising. Proses ini membutuhkan waktu 145 hari.
Untuk diketahui, Satria-1 yang berbobot 4,6 ton itu berkapasitas 150 Gbps. Satelit berjenis Very High Throughput Satellite (VHTS) ini punya masa hidup sampai 15 tahun.
Tidak seperti rencana awal, Satria-1 semula difungsikan untuk menghadirkan akses internet di 150 ribu titik. Namun, kini diubah menjadi 50 ribu titik.
Pertimbangan perubahan titik layanan internet itu karena kebutuhan masyarakat akan akses ke dunia maya terus mengalami peningkatan, sehingga tidak cukup apabila di setiap titiknya hanya disediakan 1 Mbps. Nantinya, setiap fasilitas layanan publik dapat menikmati kecepatan internet sekitar 4 Mbps.