Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkirakan kondisi iklim sepanjang 2024 lebih aman ketimbang tahun sebelumnya.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengungkapkan meski di awal tahun masih ada gangguan iklim ENZO pada fase El Nino lemah-moderat, namun selanjutnya berangsur ke fase netral hingga akhir 2024.

”Terdapat peluang namun kecil untuk berkembang menjadi fenomena La Nina yang merupakan pemicu anomali iklim basah. Demikian juga dengan fenomena Indian Ocean Dipole (IOD) yang merupakan penyebab gangguan iklim dari Samudra Hindia, diprediksikan akan berada pada fase Netral dari awal hingga akhir tahun 2024,” katanya dalam siaran pers Pandangan Iklim 2024, Minggu (31/12/2023).

Lebih lanjut, Dwikorita menjelaskan, berdasarkan dinamika atsmosfer itu, curah hujan tahunan pada 2024 diprediksi dalam kondisi normal. Namun, ada beberapa wilayah yang diguyur hujan dengan intensitas di atas normal.

Wilayah tersebut meliputi, sebagian kecil Aceh, Sumatera Barat bagian selatan, sebagian kecil Riau, sebagian kecil Kalimantan Selatan, dan sebagian kecil Gorontalo.

Kemudian sebagian kecil Sulawesi Tengah, Sulawesi Barat bagian utara, sebagian kecil Sulawesi Selatan, sebagian kecil Papua Barat dan Papua bagian utara.

Selain itu, beberapa daerah justru mengalami sebaliknya. Yakni diguyur hujan dengan intensitas di bawah normal.

Wilayah tersebut meliputi, sebagian Banten, sebagian kecil Jawa Barat, sebagian kecil Jawa Tengah, sebagian Yogyakarta, sebagian kecil Jawa Timur, sebagian kecil Nusa Tenggara Timur, dan Papua bagian selatan.

”Meskipun kemarau 2024 diprediksi berlangsung dengan normal, namun terdapat wilayah yang berpotensi mengalami kekeringan karena secara iklim memang memiliki curah hujan yang rendah, yaitu meliputi sebagian Lampung, sebagian Jawa, sebagian Bali, sebagian Nusa Tenggara Barat, sebagian Nusa Tenggara Timur dan Papua bagian selatan,” paparnya.

Sementara itu, Deputi Bidang Klimatologi BMKG Ardhasena Sopaheluwakan mengatakan BMKG memberikan sejumlah rekomendasi umum untuk mengantisipasi dampak dari fenomena iklim tersebut.

Sejumlah potensi bencana diperkirakan tetap akan terjadi dengan fenomena iklim tersebut, seperti banjir, banjir bandang, dan tanah longsor saat musim hujan, serta kekeringan dan kebakaran lahan saat musim kemarau 2024.

Ia merekomendasikan adanya peningkatan optimalisasi fungsi infrastruktur sumber daya air di wilayah urban atau daerah rawan banjir. Seperti penyiapan kapasitas pada sistem drainase, sistem peresapan dan tampungan air, agar secara optimal dapat mencegah terjadinya banjir.

Selain itu juga perlu dipastikan keandalan operasional waduk, embung, kolam retensi, dan penyimpanan air buatan lainnya untuk pengelolaan curah hujan tinggi saat musim hujan dan penggunaannya di saat musim kemarau.

”Terkait penanganan musim kemarau, meskipun kemarau 2024 diprediksi tidak sekering kemarau 2023, maka tetap perlu diwaspadai potensi kebakaran hutan dan lahan di tahun 2024 khususnya pada periode kemarau pertama di bulan Februari 2024 untuk wilayah pesisir Sumatera bagian Timur, maupun periode kemarau periode kedua mulai Mei 2024 untuk wilayah lainnya yang rawan Karhutla,” pungkasnya.

Komentar

Berita Terkini