Pemilu 2024
Gus Mus Keluarkan Fatwa untuk Pemilu 2024, Ini Isinya
Zulkifli Fahmi
Selasa, 13 Februari 2024 11:06:00
Murianews, Rembang – Mustasyar Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus mengeluarkan fatwanya untuk Pemilu 2024.
Fatwa itu diunggah Gus Mus melalui akun X miliknya, @gusmusgusmu, Senin (12/3/2024) pagi. Dalam unggahannya, Gus Mus mengatakan banyak yang memintanya fatwa.
”Banyak yang minta fatwa kepadaku, "Nanti milih siapa?" Maklum semua calon, masing2 punya kelebihan dan kekurangan. Lagi pula masing2 punya pendukung tokoh2 yang berpengaruh,” tulis Gus Mus seperti dikutip dari akun X miliknya, Selasa (13/2/2024).
Gus Mus pun memberikan fatwanya terkait Pemilu 2024 ini. Yakni, bertanya pada hati nurani masing-masing sebelum memberikan pilihannya di TPS.
”Jadi kukatakan kepada yang minta fatwa: Istafti qalbak. Tanyakan saja kepada Nuranimu,” kata Gus Mus.
Unggahan Gus Mus ini pun mendapat berbagai respon dari warganet. Mereka pun setuju dan siap mengikuti dawuh Gus Mus tersebut.
”leres yai,,,nurani tak pernah berdusta,,,Kulo manut dawuhipun yai,,,” tulis akun @riskydian156575.
Warganet lainnya berterima kasih atas pencerahan yang diberikan Gus Mus.
”Kembali kepada nurani yang merupakan anugerah terbesar Tuhan bagi umat manusia. Inilah yang membedakan manusia dengan hewan. Terima kasih atas pencerahannya, Gus. Sehat selalu,” kata akun @AkalBuku.
Ada juga warganet yang menyebut jawaban Gus Mus sangat mendalam.
”Ini jawaban yg sangat dalam. Istafti qolbak ... minta fatwa pada nurani. Kalau nuraninya bersih, fatwanya pasti baik. Kalau nuraninya tumpul, biasa nabrak etika, melegitimasi kecurangan sebagai hal biasa, ya bisa ketebaklah...,” ungkap @afifahafra79.
Sementara itu, dalam tulisan Pengurus Forum Dosen Agama Islam Universitas Serang Raya dan Alumni Universitas Al-Azhar Mesir, Uus Muhammad Husaini yang dinukil dari biem.co Istafti qalbak merupakan sebuah ungkapan untuk menggambarkan sebuah keadaan.
Di mana seseorang sesungguhnya sudah mengenal halal dan haram, akan tetapi ada dorongan yang kuat dari jiwanya untuk tetap mengerjakan yang haram. Maka diperlukan untuk bertanya kembali pada nurani masing-masing dalam menentukan sebuah pilihan.
”Secara fitrah, manusia akan merasa terusik jiwanya, kehilangan ketentramannya, tertekan, dan gelisah manakala melakukan perbuatan dosa, kendatipun manusia membenarkan perbuatannya tersebut. Karena perbuatan tersebut akan berlabuh di hatinya. Sedangkan hati merupakan sentral dari baik buruknya seorang manusia,” tulis Uus Muhammad Husaini.



