Konten jenis ini terbilang paling berbahaya. Sebab, konten ini dibentuk dengan kandungan 100 persen tidak bisa dipertanggungjawabkan secara fakta. Biasanya, konten ini berupa informasi lowongan kerja palsu dan lain-lain.
Ciri paling kentara dari konten ini adalah ditemukannya judul yang berbeda dengan isi berita. Konten jenis ini biasanya diunggah demi memperoleh keuntungan berupa profit atau publikasi berlebih dari konten sensasional.
Konten ini disajikan dengan narasi dan konteks yang salah. Biasanya, konten ini memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.
Konten manipulasi biasanya berisi hasil editan dari informasi yang pernah diterbitkan media-media besar dan kredibel. Gampangnya, konten jenis ini dibentuk dengan cara mengedit konten yang sudah ada dengan tujuan untuk mengecoh publik.
Murianews, Kudus – Ternyata, informasi atau berita bohong tak cukup disebut hoaks. Setidaknya, ada tujuh jenis informasi palsu yang masuk dalam kategori misinformasi dan disinformasi.
Menurut Claire Wardle, Koordinator Riset First Draft, sebuah organisasi nirlaba yang mendukung jurnalis, akademisi, dan teknolog dalam memberantas hoaks, tujuh jenis itu diukur dari tiga sudut pandang.
Ketiganya yakni, jenis konten yang dibuat dan dibagikan; motivasi pembuat dan penyebar; serta cara penyebarannya.
Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) membagi hoaks ke dalam dua klasifikasi. Yakni, klasifikasi umum dan akademis.
Dalam artikel ’’Metode Klasifikasi Hoax’’, klasifikasi umum adalah pengelompokan yang bersifat sederhana dan gampang dipahami masyarakat ramai. Yakni, sekadar memasukkan sebuah informasi ke dalam kategori hoaks atau benar.
Sementara dalam klasifikasi akademis, Mafindo mengacu pada 7 jenis hoaks, sebagaimana yang dikategorikan oleh First Draft.
Berikut adalah 7 jenis misinformasi dan disinformasi terebut:
- Satire atau parodi
Konten ini biasanya tidak memiliki niat jahat, namun cukup mengecoh masyarakat. Biasanya, konten ini dikemas dengan unsur parodi, ironi, bahkan sarkasme yang sengaja dibuat untuk menyindir pihak tertentu.
Satire ini dibuat sebagai bentuk kritik pada personal maupun kelompok tertentu untuk menanggapi isu yang tengah terjadi. Meski tidak berbahaya, konten ini dianggap sebagian masyarakat sebagai kebenaran.
- Misleading content (konten menyesatkan)
Konten ini biasanya bernuansa pelintiran untuk menyudurkan suatu pihak. Pembuatnya sengaja menciptakan konten ini dengan harapan menggiring opini sesuai dengan kehendaknya.
Biasanya, pembuat konten ini memanfaatkan informasi asli, seperti gambar, pernyataan resmi, atau statistik, tapi diedit sedemikian rupa sehingga tidak memiliki hubungan dengan konteks aslinya.
- Imposter content (konten tiruan)
Konten atau informasi ini dibuat dengan mencatut pernyataan tokoh terkenal dan berpengaruh. Tidak cuma perorangan, konten palsu ini juga bisa berbentuk konten tiruan dengan cara mendompleng ketenaran suatu pihak atau lembaga.
- Fabricated Content (konten palsu)
Konten jenis ini terbilang paling berbahaya. Sebab, konten ini dibentuk dengan kandungan 100 persen tidak bisa dipertanggungjawabkan secara fakta. Biasanya, konten ini berupa informasi lowongan kerja palsu dan lain-lain.
- False connection (koneksi yang salah)
Ciri paling kentara dari konten ini adalah ditemukannya judul yang berbeda dengan isi berita. Konten jenis ini biasanya diunggah demi memperoleh keuntungan berupa profit atau publikasi berlebih dari konten sensasional.
- False context (konteks keliru)
Konten ini disajikan dengan narasi dan konteks yang salah. Biasanya, konten ini memuat pernyataan, foto, atau video peristiwa yang pernah terjadi pada suatu tempat, namun secara konteks yang ditulis tidak sesuai dengan fakta yang ada.
- Manipulated content (konten manipulasi)
Konten manipulasi biasanya berisi hasil editan dari informasi yang pernah diterbitkan media-media besar dan kredibel. Gampangnya, konten jenis ini dibentuk dengan cara mengedit konten yang sudah ada dengan tujuan untuk mengecoh publik.