Gap kecepatan itu, menurut Achmad, membuat mobil-mobil penumpang akan kesulitan menghindar. Terlebih saat di malam hari, di mana saat itu pencahayaan di sana kurang.
”Ya bayangkan dengan kecepatan tersebut terus menghadapi truk yang berpindah jalur. Ini bisa jadi tidak ada kesempatan menghindar. Jadi risiko tabrak depan dan belakang semakin besar,” ucap dia.
Selain faktor kecepatan kendaraan dan kurangnya pencahayaan di jalur tersebut, tingginya tingkat kematian akibat kecelakaan di sana juga disebabkan oleh truk yang tak memiliki bumper belakang maupun samping.
Kondisi itu menambah fatalitas terhadap dampak kecelakaan yang dialami mobil penumpang.
”Karena saat nabrak, kalau tidak ada bumper atau yang kami sebut perisai kolong ini, mobil akan masuk ke dalam yang membuat segala fitur keselamatan mereka percuma. Kenapa, kalau nabrak itu kan langsung masuk ke dalam, terus kepala yang di kabin mobil pasti akan menghantam sasis,’’ ucap dia.
”Terus juga kami ingin ada nanti manajemen truk ODOL ini. Dan untuk kamera ETLE diharapkan akan membantu menekan angka kecepatan mobil di sana,” kata dia.
Murianews, Jakarta – Tol Cipali atau Cikopo-Palimanan bersama Tol Cipularang (Cikampek-Purwakarta-Padalaran) masih menjadi jalur rawan kecelakaan di Indonesia.
Sepanjang 2024 sendiri, tercatat sebanyak 2.778 orang meninggal akibat kecelakaan di tol yang masuk dalam wilayah Jawa Barat itu.
Komisi Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) pada 2022 lalu sempat mengungkapkan sejumlah faktor yang menjadi penyebab kecelakaan di Tol Cipali maupun Tol Cikampek.
Senior Investigator KNKT Achmad Wildan mengatakan, berdasarkan investigasi yang dilakukan pada tol sepanjang 115 km itu, kecelakaan bukan karena infrastrukstur dan fasilitas yang kurang memadai.
”Jadi fokusnya bukan karena kondisi jalan tol, sebab semuanya bagus dari sisi geometrik hingga fasilitasnya, semua sesuai standar,” katanya seperti dikutip dari CNN Indonesia, Sabtu (4/1/2024).
Achmad menyebut, berdasarkan penelusuran, kecepatan dari kendaraan yang melaju menjadi mayoritas penyebab kecelakan di Tol Cipali maupun Cikampek.
Kecepatan mobil penumpang yang melaju di sana berada di atas 100 km per jam. Sedangkan truk yang membawa beban berlebih, jauh di bawah rata-rata yakni kurang lebih 50 km per jam.
”Ini gap kecepatannya sangat berbahaya,” kata dia.
Gap Kecepatan...
Gap kecepatan itu, menurut Achmad, membuat mobil-mobil penumpang akan kesulitan menghindar. Terlebih saat di malam hari, di mana saat itu pencahayaan di sana kurang.
Ia menambahkan mayoritas kecelakaan di Tol Cipali itu terjadi antara mobil penumpang dan truk.
”Ya bayangkan dengan kecepatan tersebut terus menghadapi truk yang berpindah jalur. Ini bisa jadi tidak ada kesempatan menghindar. Jadi risiko tabrak depan dan belakang semakin besar,” ucap dia.
Selain faktor kecepatan kendaraan dan kurangnya pencahayaan di jalur tersebut, tingginya tingkat kematian akibat kecelakaan di sana juga disebabkan oleh truk yang tak memiliki bumper belakang maupun samping.
Kondisi itu menambah fatalitas terhadap dampak kecelakaan yang dialami mobil penumpang.
”Karena saat nabrak, kalau tidak ada bumper atau yang kami sebut perisai kolong ini, mobil akan masuk ke dalam yang membuat segala fitur keselamatan mereka percuma. Kenapa, kalau nabrak itu kan langsung masuk ke dalam, terus kepala yang di kabin mobil pasti akan menghantam sasis,’’ ucap dia.
Guna menekan angka fatalitas dan kecelakaan di Tol Cipali, pihaknya mendorong agar ada penambahan rest area dan pemasangan sistem tilang berbasis kamera atau ETLE yang menyasar pengemudi doyan ngebut.
”Terus juga kami ingin ada nanti manajemen truk ODOL ini. Dan untuk kamera ETLE diharapkan akan membantu menekan angka kecepatan mobil di sana,” kata dia.