Di kesempatan itu, ia meminta seluruh pengelola hiburan dan wisata di Indonesia meninjau ulang sistem kerja yang diterapkan. Mereka juga diminta memastikan setiap pekerja diperlakukan secara adil dan manusiawi.
”Kita tidak bisa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan demi sebuah tontonan. Industri ini harus bersih, transparan, dan menjunjung tinggi martabat para pelaku seninya,” ujarnya.
Ia mngungkapkan, kasus dugaan pelanggaran HAM pernah mencuat pada 1997 lalu. Saat itu, kasus ditangani Komnas HAM yang kala itu dipimpin Ali Said.
Berdasarkan hasil penelusurannya, ditemukan anak-anak tersebut berasal dari satu daerah di Jakarta. Saat itu, anak-anak tersebut memang menghabiskan waktu di lingkungan sirkus, seperti makan, mandi, istirahat bahkan belajar.
”Ketika itu memang bekerja semua. Anak-anak makan, istirahat, show, sampai belajar ada waktunya. Kalau ada kekerasan mungkin saya juga kena karena saya kan di sana juga,” ucap Tony.
Murianews, Bogor – Kasus dugaan eksploitasi mantan pemain sirkus Oriental Circus Indonesia (OCI) menjadi sorotan. Salah satunya datang dari Kewandra Lukistian, anggota DPR RI yang juga Ketua Umum Gerakan Ekonomi Kreatif Nasional.
Ia menegaskan, industri hiburan dan destinasi wisata tak boleh mengabaikan hak-hak dasar manusia demi mengejar keuntungan.
Menurutnya, tidak ada artinya seni pertunjukan di destinasi wisata bila di balik gemerlap lampu dan tepuk tangan penonton terdapat pelanggaran hak asasi manusia.
”Kemanusiaan harus menjadi panglima, termasuk dalam industri hiburan,” ujarnya, seperti dikutip dari Antara, Sabtu (19/4/2025).
Berdasarkan laporan yang diterima, sejumlah mantan pemain sirkus OCI diduga mendapatkan jam kerja yang berlebih tanpa kepastian upah layak.
Selain itu, mereka juga mendapatkan perlakuan diskriminatif dan minimnya jaminan keselamatan kerja.
Dugaan itu memantik keprihatinan berbagai pihak dan mendorong Komnas HAM untuk melakukan investigasi lebih lanjut.
Imbauan ke Pengelola Hiburan...
Di kesempatan itu, ia meminta seluruh pengelola hiburan dan wisata di Indonesia meninjau ulang sistem kerja yang diterapkan. Mereka juga diminta memastikan setiap pekerja diperlakukan secara adil dan manusiawi.
”Kita tidak bisa mengorbankan nilai-nilai kemanusiaan demi sebuah tontonan. Industri ini harus bersih, transparan, dan menjunjung tinggi martabat para pelaku seninya,” ujarnya.
Sebelumnya, Komisaris Taman Safari Indonesia (TSI) Tony Sumampau yang pelatih hewan di OCI menjelaskan, OCI dan Taman Safari Indonesia merupakan dua badan hukum yang berbeda.
Ia mngungkapkan, kasus dugaan pelanggaran HAM pernah mencuat pada 1997 lalu. Saat itu, kasus ditangani Komnas HAM yang kala itu dipimpin Ali Said.
Berdasarkan hasil penelusurannya, ditemukan anak-anak tersebut berasal dari satu daerah di Jakarta. Saat itu, anak-anak tersebut memang menghabiskan waktu di lingkungan sirkus, seperti makan, mandi, istirahat bahkan belajar.
”Ketika itu memang bekerja semua. Anak-anak makan, istirahat, show, sampai belajar ada waktunya. Kalau ada kekerasan mungkin saya juga kena karena saya kan di sana juga,” ucap Tony.