Sebanyak 120 petugas Safari Wukuf ditugaskan untuk melayani 477 jemaah haji kategori lansia, penyandang disabilitas, dan risiko tinggi.
Mereka terbagi menjadi 10 tim, di mana setiap timnya terdiri dari satu dokter, satu perawat, dan sisanya gabungan dari petugas lansia serta pembimbing ibadah.
Selama 10 hari, yakni 1-10 Juni 2025, mereka bertugas melayani dan merawat Jemaah haji di hotel transif safari wukuf.
Salah satu petugas safari wukuf, ada Tony Hartanto, dokter yang bertugas di RS Aisyiyah. Ia mengungkapkan, selama menjalankan tugas, setiap petugas safari wukuf harus bertugas dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
”Ada yang memiliki penyakit jantung, diabetes, sesak, hingga penyandang disabilitas yang suka berbicara kotor. Dalam menjalankan tugas, kita harus ekstra sabar dan ikhlas. Dan yang terpenting tidak baperan,” katanya seperti dikutip melalui keterangan resminya, Sabtu (14/6/2025).
Murianews, Kudus – Petugas Safari Wukuf menjadi salah satu yang ikut andil menyukseskan penyelenggaraan haji 2025. Safari Wukuf sendiri merupakan program unggulan dalam penyelenggaraan haji tahun ini.
Sebanyak 120 petugas Safari Wukuf ditugaskan untuk melayani 477 jemaah haji kategori lansia, penyandang disabilitas, dan risiko tinggi.
Mereka terbagi menjadi 10 tim, di mana setiap timnya terdiri dari satu dokter, satu perawat, dan sisanya gabungan dari petugas lansia serta pembimbing ibadah.
Selama 10 hari, yakni 1-10 Juni 2025, mereka bertugas melayani dan merawat Jemaah haji di hotel transif safari wukuf.
Salah satu petugas safari wukuf, ada Tony Hartanto, dokter yang bertugas di RS Aisyiyah. Ia mengungkapkan, selama menjalankan tugas, setiap petugas safari wukuf harus bertugas dengan penuh kesabaran dan ketelatenan.
Menurutnya, ada sebagian jemaah haji memang sangat menguji kesabaran. Ia pun memakluminya, karena setiap jemaah memiliki riwayat yang berbeda-beda.
”Ada yang memiliki penyakit jantung, diabetes, sesak, hingga penyandang disabilitas yang suka berbicara kotor. Dalam menjalankan tugas, kita harus ekstra sabar dan ikhlas. Dan yang terpenting tidak baperan,” katanya seperti dikutip melalui keterangan resminya, Sabtu (14/6/2025).
Jemaah Berubah Sikap...
Tidak baper itu ia terapkan pada salah satu jemaah haji yang ditanganinya, yakni seorang penyandang tuna netra berusia sekitar 70 tahun.
Ia menceritakan, ketika ihram, jemaah tersebut menuruti semua saran dari petugas. Namun, begitu tahallul dan selesai ihram, sikapnya berubah drastis.
Jemaah tersebut bahkan sering usil dengan mengetuk pintu kamar jemaah lain dan menganggap hotel itu Rumah Sakit yang dibangun olehnya.
”Beliau menjadi suka marah dan sering mengganggu jemaah lainnya. Kalau ditegur suka marah dan kita pernah dipukul,” ujarnya.
Selain itu, ada juga petugas yang harus mencuci kasur karena dipenuhi kotoran jemaah. ”Jemaah ada yang BAB di kasur, lantas kita cuci dan jemur. Untungnya jemurnya cepat kering,” ungkap Tony.
Cerita lainnya, Toni sempat dihadapkan situasi darurat. Saat itu, terdapat salah satu jemaah haji yang mengalami sesak napas dan sempat hilang nadinya.
Selamatkan Jemaah Haji...
Berbekal pengalamannya di emergency, Toni dengan sigap langsung memompa jantung jemaah tersebut. Beruntung nyawa jemaah itu tertolong dan langsung dilarikan ke rumah sakit.
”Alhamdulillah, nyawa jemaah tersebut bisa terselamatkan dan saat ini masih dirawat di RS Arab Saudi,” terang dia.
Namun, di balik perjuangannya bersama petugas lainnya, Tony merasa prihatin dengan adanya isu pungli yang secara tak langsung menyinggung petugas lansia.
Ia menegaskan, hal itu bukan petugas safari wukuf, karena petugas hanya menerima jemaah di hotel transit. ”Layanan safari wukuf itu gratis, tidak menarik iuran dari jemaah sama sekali,” tandasnya.