Menurutnya, perlu banyak literasi sepak bola di Kota Kretek. Kegiatan membaca menurut Guntur dapat mengasah pikiran untuk lebih kritis. Dalam hal ini mengkritisi sepak bola di tanah air.
”Komunitas literasi lewat Zine dari dulu sudah ada. Tetapi belum mendapatkan tempat,” ujarnya.
Guntur menyebut, Zine efektif untuk memberitakan tim sepak bola di suatu daerah. Bahkan Zine juga dapat dikoleksi oleh fans klub sepak bola.
”Keinginan saya pribadi semakin banyak generasi muda yang mau untuk menulis,” imbuhnya.
Murianews, Kudus – Para pecinta sepak bola di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah kini memiliki wadah baru untuk meningkatkan literasi klub kesayangannya, termasuk mengkritiknya. Wadah baru itu bernama Zine.
Zine merupakan buklet atau majalah kecil yang diterbitkan sendiri. Biasanya dicetak atau diproduksi dengan cara difotocopy.
Lumprahnya, halaman majalah kecil itu tak terlalu banyak. Topik yang disuguhkan pun lebih ringkas.
Dalam agenda Njagong Bal yang diselenggarakan Komunitas Literasi Sepak Bola Kudus di Pitch 19 Sports Bar, Kudus, Kamis (21/8/2025), Zine dikupas.
Ada empat komunitas yang ikut berdiskusi di acara itu yakni JenangBledeg, Catenaccio, Dua Belas Football Zine, dan Water Break Space.
Penulis Dua Belas Football Zine, Guntur Bayu Pratomo mengatakan, lewat Zine, pihaknya ingin memperkenalkan literasi masa depan sepak bola Kudus.
”Melalui zine bisa memberikan kritik terhadap sepak bola di Kudus. Selain itu mengenalkan berbagai kegiatan sepak bola di sebuah kota tersebut,” katanya, Kamis (21/8/2025).
Salah satu tulisan Dua Belas Football Zine yakni mengkritik sepak bola tanah air bertajuk Kanjuruhan Calling. Tulisan itu secara garis besar membahas tragedi Kanjuruhan yang memakan banyak korban.
Zine...
”Dari Zine bisa menghasilkan kritik dan movement untuk sepak bola tanah air. Ada juga pembahasan soal musik yang menjadi pengiring klub sepak bola,” sambungnya.
Menurutnya, perlu banyak literasi sepak bola di Kota Kretek. Kegiatan membaca menurut Guntur dapat mengasah pikiran untuk lebih kritis. Dalam hal ini mengkritisi sepak bola di tanah air.
”Komunitas literasi lewat Zine dari dulu sudah ada. Tetapi belum mendapatkan tempat,” ujarnya.
Guntur menyebut, Zine efektif untuk memberitakan tim sepak bola di suatu daerah. Bahkan Zine juga dapat dikoleksi oleh fans klub sepak bola.
Ia mengajak suporter untuk bersama-sama menyuarakan kritik yang membangun lewat menulis di Zine.
”Keinginan saya pribadi semakin banyak generasi muda yang mau untuk menulis,” imbuhnya.
Editor: Zulkifli Fahmi