PBB, Senin (29/9/2025) mengatakan, setidaknya 22 orang meninggal dan lebih dari 100 orang terluka dalam demo yang terinspirasi protes yang disebut ”Gen-Z” di Kenya dan Nepal.
Aksi itu pun diwarnai penjarahan yang meluas dan dilakukan individu serta geng yang tidak terkait dengan para pengunjuk rasa.
Namun, Kementerian Luar Negeri Madagaskar menolak angka korban yang disebutkan PBB. Mereka mengatakan data tersebut tidak berasal dari otoritas nasional yang kompeten serta didasarkan pada ”rumor dan misinformasi”.
Para pengunjuk rasa berkumpul di sebuah universitas pada Senin, di mana mereka melambaikan spanduk dan mencoba berbaris menuju pusat kota tetapi dibubarkan oleh polisi yang menembakkan gas air mata.
Murianews, Jakarta – Pemerintah Madagasgar bubar usai demo Gen-Z yang berujung ricuh dan menyebabkan sedikitnya 22 orang meninggal dalam peristiwa itu.
Pembubaran pemerintahan itu diumumkan langsung Presiden Madagaskar Andry Rajoelina dalam pidatonya yang disiarkan di stasiun televisi pemerintah Televiziona Malagasy (TVM).
”Kami mengakui dan meminta maaf jika anggota pemerintah tidak melaksanakan tugas yang diberikan kepada mereka; saya memahami kemarahan, kesedihan, dan kesulitan yang disebabkan oleh pemadaman listrik dan masalah pasokan air,” katanya seperti dikutip dari Antara, Selasa (30/9/2025).
Diketahui, negara kepulauan di Samudra Hindia itu mengalami chaos saat demo yang dipimpin kaum muda meletus sejak Kamis (25/9/2025).
Aksi demo itu sendiri menjadi yang terbesar dalam sejarah Madagaskar. Protes itu pun menjadi tantangan paling serius yang dihadapi Rajoelina sejak terpilih kembali pada 2023 lalu.
Ia mengatakan ingin menciptakan ruang untuk berdialog dengan kaum muda yang marah dengan kekurangan air dan pemadaman listrik.
”Saya mendengar seruan itu, saya merasakan penderitaannya; saya memahami dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari,” ujarnya.
Tak hanya itu, ia juga berjanji mendukung para pelaku bisnis yang terdampak penjarahan saat protes terjadi.
Kata PBB...
PBB, Senin (29/9/2025) mengatakan, setidaknya 22 orang meninggal dan lebih dari 100 orang terluka dalam demo yang terinspirasi protes yang disebut ”Gen-Z” di Kenya dan Nepal.
Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia mengatakan para korban dalam demo itu terdiri dari pengunjuk rasa dan masyarakat yang dibunuh anggota pasukan keamanan, atau dalam kekerasan.
Aksi itu pun diwarnai penjarahan yang meluas dan dilakukan individu serta geng yang tidak terkait dengan para pengunjuk rasa.
Namun, Kementerian Luar Negeri Madagaskar menolak angka korban yang disebutkan PBB. Mereka mengatakan data tersebut tidak berasal dari otoritas nasional yang kompeten serta didasarkan pada ”rumor dan misinformasi”.
Para pengunjuk rasa berkumpul di sebuah universitas pada Senin, di mana mereka melambaikan spanduk dan mencoba berbaris menuju pusat kota tetapi dibubarkan oleh polisi yang menembakkan gas air mata.