Pathol Sarang, Gulat Ala Majapahit Pencetak Pendekar Ulung
Ali Muntoha
Senin, 31 Juli 2023 20:00:00
Murianews, Rembang – Pathol Sarang menjadi salah satu olahraga tradisional yang masih sangat eksis di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pathol Sarang yang sudah ada sejak zaman Majapahit ini masih sering dijumpai tiap tahun terutama menjelang sedekah laut.
Pathol Sarang mirip dengan olahraga gulat atau pertandingan sumo khas Jepang. Para peserta Pathol Sarang ini biasanya merupakan para nelayan.
Ini tak lepas dari sejarahnya di mana Pathol ini digunakan Majapahit sebagaii ajang untuk mencari para prajurit-prajurit andal dan pendekar ulung.
Para prajurit yang dihasilkan dari sayembara Pathol ini nantinya ditugaskan untuk menjaga Pelabauhan Tuban yang kala itu dibayang-bayangi ancaman perompak.
Pathol Sarang ini dahulunya dipopulerkan kaum nelayan di Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang dan umumnya nelayan di sepanjang pantai utara Kabupaten Rembang.
Pathol ini berasal dari kata mathol (tidak bisa bergerak). Dahulu, para nelayan kerap meminta tolong temannya saat perahu kepathol karena kandas.
Dari istilah itu, dalam olahraga ini, dua orang yang berlaga saling berhadapan dan berusaha saling mengunci satu sama lain, sampai satu di antaranya benar-benar terkunci serta menyerah.
Ada juga versi lain yang menyebutkan, jika Pathol Sarang ini dahulunya merupakan bentuk olahraga kanuragan, dalam rangka mencari bibit-bibit pendekar yang unggul, yang dipersiapkan untuk melawan penjajah ketika itu.
Tahun ini salah satu desa yang menyelenggarakan Pathol Sarang yakni Desa karangmangu pada Maret 2023 lalu.
Dikutip dari Jatengprov, Ketua Panitia Pathol Sarang, Yanto mengungkapkan, Pathol Sarang dahulunya digunakan untuk mencari prajurit pada zaman kerajaan Majapahit.
Karena Rembang terkenal dengan daerah pesisirnya, maka mayoritas peserta Pathol diikuti oleh para nelayan.
”Pathol itu untuk mencari prajurit. Lalu lama kelamaan, saat penjajahan itu digunakan untuk adu domba, dari daerah satu dengan daerah lain dijadikan satu untuk diadu. Kemudian pada saat merdeka, itu digunakan untuk ajang perjudian,” ujarnya.
Kini Pathol Sarang dijaga sebagai salah satu warisan budaya yang terus dilestarikan. Kepala Desa Karangmangu Jumali menyampaikan, setiap tahun Pathol Sarang selalu digelar saat momentum sedekah laut.
Para jawara, lanjut dia, berasal dari berbagai desa di Sarang, bahkan ada yang dari luar kecamatan, hingga kabupaten sebelah. Mereka adu kekuatan saling menjatuhkan di atas arena berukuran 10×10 meter, beralaskan pasir.
”Alhamdulillah untuk yang sudah berjalan ini, ada yang dari Jombang, Jawa Timur, ada yang dari Pati, Jawa Tengah, ada yang dari Tuban. Intinya, sejak dari dulu, itu semua yang ada di daerah pesisir, maupun yang dari jauh hingga yang dekat, semua tahu dan ingin menikmatinya,” bebernya.
Murianews, Rembang – Pathol Sarang menjadi salah satu olahraga tradisional yang masih sangat eksis di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Pathol Sarang yang sudah ada sejak zaman Majapahit ini masih sering dijumpai tiap tahun terutama menjelang sedekah laut.
Pathol Sarang mirip dengan olahraga gulat atau pertandingan sumo khas Jepang. Para peserta Pathol Sarang ini biasanya merupakan para nelayan.
Ini tak lepas dari sejarahnya di mana Pathol ini digunakan Majapahit sebagaii ajang untuk mencari para prajurit-prajurit andal dan pendekar ulung.
Para prajurit yang dihasilkan dari sayembara Pathol ini nantinya ditugaskan untuk menjaga Pelabauhan Tuban yang kala itu dibayang-bayangi ancaman perompak.
Pathol Sarang ini dahulunya dipopulerkan kaum nelayan di Kecamatan Sarang, Kabupaten Rembang dan umumnya nelayan di sepanjang pantai utara Kabupaten Rembang.
Pathol ini berasal dari kata mathol (tidak bisa bergerak). Dahulu, para nelayan kerap meminta tolong temannya saat perahu kepathol karena kandas.
Dari istilah itu, dalam olahraga ini, dua orang yang berlaga saling berhadapan dan berusaha saling mengunci satu sama lain, sampai satu di antaranya benar-benar terkunci serta menyerah.
Ada juga versi lain yang menyebutkan, jika Pathol Sarang ini dahulunya merupakan bentuk olahraga kanuragan, dalam rangka mencari bibit-bibit pendekar yang unggul, yang dipersiapkan untuk melawan penjajah ketika itu.
Tahun ini salah satu desa yang menyelenggarakan Pathol Sarang yakni Desa karangmangu pada Maret 2023 lalu.
Dikutip dari Jatengprov, Ketua Panitia Pathol Sarang, Yanto mengungkapkan, Pathol Sarang dahulunya digunakan untuk mencari prajurit pada zaman kerajaan Majapahit.
Karena Rembang terkenal dengan daerah pesisirnya, maka mayoritas peserta Pathol diikuti oleh para nelayan.
”Pathol itu untuk mencari prajurit. Lalu lama kelamaan, saat penjajahan itu digunakan untuk adu domba, dari daerah satu dengan daerah lain dijadikan satu untuk diadu. Kemudian pada saat merdeka, itu digunakan untuk ajang perjudian,” ujarnya.
Kini Pathol Sarang dijaga sebagai salah satu warisan budaya yang terus dilestarikan. Kepala Desa Karangmangu Jumali menyampaikan, setiap tahun Pathol Sarang selalu digelar saat momentum sedekah laut.
Para jawara, lanjut dia, berasal dari berbagai desa di Sarang, bahkan ada yang dari luar kecamatan, hingga kabupaten sebelah. Mereka adu kekuatan saling menjatuhkan di atas arena berukuran 10×10 meter, beralaskan pasir.
”Alhamdulillah untuk yang sudah berjalan ini, ada yang dari Jombang, Jawa Timur, ada yang dari Pati, Jawa Tengah, ada yang dari Tuban. Intinya, sejak dari dulu, itu semua yang ada di daerah pesisir, maupun yang dari jauh hingga yang dekat, semua tahu dan ingin menikmatinya,” bebernya.