Rabu, 19 November 2025


Sekolah di bawah binaan salah satu perusahaan swasta di Kota Kretek ini bisa jadi satu-satunya sekolah di Kudus yang mengimplementasikan sekaligus mempersiapkan sumber daya manusia (SDM) untuk mendukung pelaksanaan transisi energi baru terbarukan (EBT) yang tengah digaungkan pemerintah. Khususnya, dalam hal pemanfataan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap.

Sekolah swasta tersebut pun kini memiliki 50-an panel surya bertipe AC Coupling dan DC Coupling. Lengkap dengan segala penampung daya hingga konveternya.

Selain digunakan untuk menerangi sebagian bangunan sekolah dan gedung praktek, peranti penangkap surya itu juga digunakan untuk praktek para siswa yang masuk di jurusan Teknik instalasi tenaga listrik. Dengan kurikulum berisi materi-materi penunjang pengetahuan penggunaan dan penerapan EBT, SMK Ma’arif mulai menjadi sekolah yang konsisten menyiapkan SDM-SDM penunjang EBT.

Baca: Indonesia Bakal Bangun Pabrik Pengolahan Pasir Silika Menjadi Panel Surya

Mereka pun punya prototipe instalasi EBT yang lengkap. Yakni prototipe PLTA (Air) hingga PLTB (Angin) yang tersedia untuk diajarkan kepada para siswanya. Sehingga tidak terbatas pada PLTS Atap saja. Kini, tiap tahunnya mereka bisa mencetak 30-an siswa yang siap untuk menjadi SDM penunjang transisi EBT.

Kepala bengkel Teknik instalasi tenaga listrik mereka yakni Sumarno menjadi satu dari sejumlah guru yang ikut. Dia pun menceritakan di awal mula pembelajaran energi baru terbarukan ini.

Dimulai pada 2019 silam saat mereka mendapat bantuan dari pihak swasta berupa puluhan panel surya yang mampu membuat daya hingga 5000 watt. Para guru kemudian dimentor untuk proses implementasinya dan juga dimentor untuk menyiapkan siswa-siswa berkompeten di EBT.

”Awal mula di 2019 kami diberikan bantuan berupa PLTS dari pihak swasta untuk penerangan bengkel hingga lapangan sekolah. Namun seiring perkembangan, kami kembali diberi PLTS Atap lagi sekitar 2020 dengan daya 2.400-an watt. Sehingga total ada 7.400-an wat dan saat itulah mulai dikenalkan ke siswa, jadi tidak hanya untuk pemanfataan untuk mandiri energi sekolah saja,” kata Sumarno, Jumat (7/7/2023).

Awal mula tersebut, banyak siswanya masih belum mengerti apa itu EBT dan bagaimana penerapannya. Namun seiring berjalannya pembelajaran, banyak siswa tertarik untuk mempelajari PLTS Atap dan segala perantinya ini.

[caption id="attachment_394083" align="alignleft" width="1280"] Siswa SMK NU Maarif Kudus saat diajari bagaimana merakit PLTS Atap (Murianews/Anggara Jiwandhana)[/caption]

Mereka bahkan sering melakukan praktek merakit sembari melakukan perawatan rutin pada PLTS Atap di sela-sela kegiatan pembelajaran dengan bimbingan tenaga pendidik.  Sampai akhirnya banyak pihak melirik siswa-siswa SMK Ma’arif untuk melaksanakan magang di perakitan PLTS Atap.

”Tawaran dari luar kota sangat banyak untuk anak didik kami. Namun memang untuk saat ini karena terkendala izin dari orang tua hingga sejumlah alasan lain, peluangnya belum bisa diambil secara maksimal, padahal itu sangat-sangat berpotensi sekali,” tuturnya.

Kini, tantangan Sumarno dan para tenaga pendidik lainnya adalah meyakinkan para orang tua siswa untuk memberikan kepercayaan pada anaknya guna menimba ilmu yang lebih implementatif lagi.Pemerintah yang kini tengah menggaungkan penerapan EBT, bisa jadi salah satu alasan yang akan dia gunakan untuk meyakinkan para wali murid untuk membiarkan anaknya berpraktek di lapangan.Meskipun diamini, penggunaan EBT juga masih akan menjadi kendala tersendiri. Apalagi untuk sekelas kabupaten kecil seperti Kudus yang peta industrinya masih stuck di seputaran itu-itu saja.”Baru-baru ini juga kami mendapat tawaran salah satu penyedia layanan pemasangan PLTS Atap asal Swedia, namun pemasangannya di luar kota semua, Kudus tidak ada, orang tua jadi berat hati,” imbuhnya.Baca: Melihat Panel Surya di SMK NU Ma'arif di Kudus, Bisa Hasilkan Listrik 6.600 VAMeski demikian, dia meyakini suatu waktu para siswanya akan menjadi bagian dari transisi energi baru terbarukan. Apalagi bila komponen-komponen pemanfaatan EBT mulai murah hingga kebijakan pemerintah yang memudahkan pemasangan EBT-EBT ini di skala industri hingga rumahan.”Kami akan terus memanfaatkan bantuan yang telah diberikan ini, baik untuk mandiri energi kami hingga mengajarkan siswa kami untuk menjadi bagian dari transisi EBT ini,” pungkasnya.Bila melihat data dari Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Jawa Tengah perkembangan EBT di Jawa Tengah dalam beberapa tahun belakangan terbilang mengalami peningkatan.Di mana pada tahun 2019 hingga saat ini jumlahnya sudah mencapai 25 ribuan KWp. Beberapa di antaranya adalah dari 50 unit sektor industri dengan kapasitas 19.688 kwp, bisnis komersial sebesa 54 unit dengan jumlah kapasitas 1.869 kwp serta gedung pemerintahan 33 unit dengan daya sebesar 1.393 kwp.Ada juga pada sektor sekolah dan pondok pesantren sebesar 76 unit dengan kwp 1.112 dan sejumlah titik lainya.Di tahun yang akan datang, pemerintah diyakini akan kembali menggencarkan pengimplementasian EBT di sejumlah sektor baru. Sehingga sangat mungkin dibutuhkan banyak SDM untuk penyiapan ini. Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler