Kirab Jenang Tebokan Cara Warga Kaliputu Rayakan Tahun Baru Islam
Anggara Jiwandhana
Minggu, 7 Juli 2024 16:38:00
Murianews, Kudus – Kirab Jenang Tebokan, digelar warga Desa Kaliputu, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, Minggu (7/7/2024) sore. Tradisi turun temurun inipun mereka lakukan untuk merayakan Tahun Baru Islam di tiap tahunnya dan juga mempromosikan jenang khas Kaliputu.
Tebokan sendiri, berasal dari kata tebok yang berarti nampan untuk tempat meletakkan jenang-jenang yang akan dikirab. Sementara jenang sendiri diketahui merupakan makanan khas Kota Kretek yang melegenda yang berasal dari Desa Kaliputu.
Kirab ini pun berlangsung dengan meriah. Ratusan peserta mulai dari anak-anak, remaja, hingga orang dewasa membawa tebokan berisi jenang dan penganan-penganan lainnya.
Ada yang berdandan dengan pakaian adat kudusan, ada juga yang ala-ala seperti pria dengan kentongan hingga memeragakan proses mengaduk jenang di kendaraan bak terbuka. Ada 20-an kelompok peserta yang berpartisipasi dalam kirab di tahun ini.
Rutenya bisa dikatakan cukup panjang. Yakni mulai dari Jalan Sosrokartono, kemudian mengitari desa hingga akhirnya sampai di Balai Desa.
Kepala Desa Kaliputu Kudus Widiyo Pramono menyampaikan, tradisi tebokan merupakan simbol untuk mengungkapkan rasa syukur dan terima kasih kepada Tuhan atas keberkahan selama setahun ke belakang. Utamanya pada usaha jenang yang dijalankan para warganya.
”Dulu tebokan itu hanya sekedar syukuran saja antarsesama pengusaha jenang, namun sekarang diangkat lebih menarik lagi dan bisa mengangkat wisata di Kudus,” katanya di sela kegiatan.
Dengan adanya kirab jenang tebokan ini juga, dia berharap Jenang Kudus utamanya yang diproduksi di Desa Kaliputu bisa semakin berdaya. Hingga kemudian bisa mengangkat perekonomian warga setempat.
”Kami ingin mengangkat jenang agar diketahui masyarakat luas, sehingga baik warga Kudus, Jawa Tengah dan Indonesia itu tahu kalau jenang itu dari Kudus khususnya Desa Kaliputu,” tandasnya.
Rina Diyah, salah satu penonton Kirab Jenang Tebokan mengaku cukup terhibur dengan adanya pawai-pawai itu. Dia yang rela jauh-jauh dari Kecamatan Gebog itu hampir tiap tahun melihat acara rutin itu.
”Tahun kemarin nggak lihat, tahun yang kemarinnya lihat, Tahun ini Alhamdulillah lihat lagi dan lebih ramai lagi, pawainya banyak,” ujar wanita usia 26 tahun itu.



