Jumat, 21 November 2025

Murianews, Kudus – Awal bulan Oktober tahun 2022, Lilik Iriyani Kusumaningrum mulai gelisah takkala Kotak Masalah yang disediakan di depan ruang bimbingan konseling (BK) sekolah tempatnya mengabdi, nyaris tak pernah terisi.

Bertahun-tahun dia menjadi seorang guru BK di Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 5 Kudus, Jawa Tengah, namun curhatan, keluhan dan aduan dari muridnya cukup jarang ia temui. Jika tidak menangani aduan yang berat sekali, maka tidak ada aduan atau curhatan sama sekali.

Jarang pula, ia jumpai siswa-siswi mengisi sebuah kotak kaca itu. Kotak aduan yang seharusnya diperuntukkan bagi siswa-siswi yang mengalami masalah dan ingin mengadukan atau berkonsultasi kepada guru BK itu, dalam tanda kutip kurang laku.

Dalam hatinya kemudian bertanya-tanya. Apakah memang kondisinya begitu kondusif dan tanpa masalah, atau malah bak fenomena gunung es. Banyak masalah, tapi banyak faktor juga yang menyebabkan masalah-masalah tersebut tidak bisa disampaikan ataupun tersampaikan.

”Biasanya itu kan anak-anak datang ke Ruang BK untuk mengadukan masalahnya seperti bullying atau masalah-masalah anak remaja pada umumnya, namun sekarang banyak anak jarang menceritakannya,” kata Lilik pada Murianews.com, Rabu (9/10/2025).

Berbekal dari rasa penasaran dan kesadaran itu, ia mencoba menelaah dan memahami situasi. Ia kemudian menyadari jika menangani remaja masa kini, jelas berbeda dengan masa remajanya dulu. Atau setidaknya, beberapa tahun ke belakang.

Lilik mencoba menelaah kondisi. Di era kini, para remaja jarang membuka diri secara langsung, namun satu hal yang sudah pasti, mereka melek akan teknologi. Banyak dari mereka lebih memilih untuk melampiaskan kekesalannya di akun-akun media sosial alternatifnya.

Bercerita di sana, mengungkapkan emosinya dengan akun-akun kedua yang hanya diketahui mereka sendiri.

Ruang digital...  

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler