Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Majalengka, Reza Permana mengatakan, potensi kekeringan tercatat di 12 kecamatan dengan total 30 desa. Kecamatan Argapura menjadi wilayah dengan jumlah desa yang paling rentan mengalami kekeringan saat musim kemarau tiba.
”Kecamatan dengan potensi kekeringan terbanyak adalah Argapura, dengan 7 desa yang berpotensi terdampak,” ujar Reza Permana.
Data yang disampaikan BPBD tersebut mengacu pada kategori kekeringan yang berdampak pada wilayah permukiman. Namun, Reza menegaskan bahwa jumlah kekeringan yang berdampak pada sektor pertanian kemungkinan besar akan berbeda.
”Kekeringan yang disebutkan merujuk pada kesulitan masyarakat dalam memperoleh air bersih. Namun, kekeringan yang berdampak pada kegagalan pertanian akan memiliki perbedaan data,” jelasnya.
Reza menambahkan bahwa penanganan kekeringan yang berdampak pada lahan pertanian menjadi tanggung jawab Dinas Pertanian. Meskipun demikian, BPBD juga akan terlibat dalam upaya penanganan tersebut.Sementara itu, Bupati Majalengka, Karna Sobahi, telah mengambil langkah antisipatif untuk menghadapi ancaman kekeringan di daerahnya. Pemerintah daerah telah menyiapkan mesin pengangkat air sebagai langkah mitigasi.”Kami telah mengajukan permohonan untuk mesin pengangkat air. Misalnya, air yang mengalir di Kertajati berada di bawah, sedangkan sawah dan pemukiman berada di atas. Jadi, kemungkinan kami akan mengangkut air dari sungai dan sumber air bersih lainnya,” ungkap Karna.
Pemerintah daerah dan instansi terkait terus berkoordinasi dalam upaya penanganan kekeringan dan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat yang terdampak.Diimbau kepada seluruh warga untuk menghemat penggunaan air serta tetap menjaga kebersihan dan kesehatan di tengah kondisi kekeringan ini.
Murianews, Majalengka – Musim kemarau telah memasuki wilayah Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, dan berdampak serius pada ketersediaan air bersih. Sebanyak 30 desa yang tersebar di 12 kecamatan kini dihantui kekeringan.
Penata Penanggulangan Bencana Ahli Muda BPBD Majalengka, Reza Permana mengatakan, potensi kekeringan tercatat di 12 kecamatan dengan total 30 desa. Kecamatan Argapura menjadi wilayah dengan jumlah desa yang paling rentan mengalami kekeringan saat musim kemarau tiba.
”Kecamatan dengan potensi kekeringan terbanyak adalah Argapura, dengan 7 desa yang berpotensi terdampak,” ujar Reza Permana.
Baca: Antisipasi Kekeringan, Begini Skema yang Disiapkan Pemkab Kudus
Data yang disampaikan BPBD tersebut mengacu pada kategori kekeringan yang berdampak pada wilayah permukiman. Namun, Reza menegaskan bahwa jumlah kekeringan yang berdampak pada sektor pertanian kemungkinan besar akan berbeda.
”Kekeringan yang disebutkan merujuk pada kesulitan masyarakat dalam memperoleh air bersih. Namun, kekeringan yang berdampak pada kegagalan pertanian akan memiliki perbedaan data,” jelasnya.
Reza menambahkan bahwa penanganan kekeringan yang berdampak pada lahan pertanian menjadi tanggung jawab Dinas Pertanian. Meskipun demikian, BPBD juga akan terlibat dalam upaya penanganan tersebut.
Sementara itu, Bupati Majalengka, Karna Sobahi, telah mengambil langkah antisipatif untuk menghadapi ancaman kekeringan di daerahnya. Pemerintah daerah telah menyiapkan mesin pengangkat air sebagai langkah mitigasi.
”Kami telah mengajukan permohonan untuk mesin pengangkat air. Misalnya, air yang mengalir di Kertajati berada di bawah, sedangkan sawah dan pemukiman berada di atas. Jadi, kemungkinan kami akan mengangkut air dari sungai dan sumber air bersih lainnya,” ungkap Karna.
Baca: Menteri PUPR Mulai Antisipasi Dampak Kekeringan Bagi Infrastruktur Air
Pemerintah daerah dan instansi terkait terus berkoordinasi dalam upaya penanganan kekeringan dan pemenuhan kebutuhan air bersih bagi masyarakat yang terdampak.
Diimbau kepada seluruh warga untuk menghemat penggunaan air serta tetap menjaga kebersihan dan kesehatan di tengah kondisi kekeringan ini.