Tunisia Tertarik Pelajari Teknologi Modifikasi Cuaca di Indonesia
Dani Agus
Rabu, 22 Mei 2024 12:03:00
Murianews, Badung – Menteri Agrikultur, Sumber Daya Hidraulik, dan Perikanan Tunisia Abdelmonaam Belaati mengapresiasi kemampuan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam melakukan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC). Hal tersebut disampaikan Abdelmonaam saat melangsungkan pertemuan bilateral dengan Kepala (BMKG) Dwikorita Karnawati, Minggu (19/5/2024).
Menurutnya, TMC merupakan pekerjaan yang sangat baik demi menjaga keberlangsungan hidup manusia. Abdelmonaam bercerita bahwa Tunisia mencatat kekeringan selama 5-7 tahun yang menyebabkan pasokan air berkurang. Oleh karena itu, dengan kunjungan ke Indonesia di ajang World Water Forum ke-10, Tunisia ingin mencari solusi bagaimana TMC bisa dilakukan dengan efektif.
Saat ini, untuk menanggulangi persoalan tersebut, Tunisia sedang melakukan desalinasi air laut atau proses menghilangkan kadar garam dari air sehingga dapat dikonsumsi oleh makhluk hidup. Mereka juga sedang memikirkan bagaimana bisa menggunakan air bekas dan air olahan.
“Solusi lainnya adalah bagaimana melakukan modifikasi cuaca. Bagaimana kita bisa mendatangkan hujan ke suatu negara. Itu sangat penting dan itulah sebabnya kami ada di sini hari ini dan berharap dapat terus bekerja sama,” katanya, dilansir dari laman Kemenparekraf, Rabu (22/5/2024).
Kepala BMKG Dwikorita Karnawati menyebut bahwa Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) memberikan dampak positif di tengah laju perubahan iklim. ”Seiring intensitas cuaca ekstrem yang tinggi memang negara kami (Indonesia-red) banyak menderita akibat bencana dan itulah mengapa TMC menjadi salah satu pendekatan mitigasi yang bisa dilakukan pada saat kita terancam,” kata Dwikoritadi Posko TMC Bandara Internasional Ngurah Rai, Bali.
Dwikorita menjelaskan, bahwa TMC dapat dilakukan untuk memitigasi bencana seperti cuaca ekstrem yang disebabkan oleh perubahan iklim. Misalnya, Indonesia pernah mengalami cuaca ekstrem yang disebabkan oleh fenomena El Niño pada 2015, 2016, dan 2019 di mana banyak wilayah yang mengalami kekeringan dan kebakaran hutan.
Akibat kejadian tersebut, kata dia, banyak kerugian yang ditimbulkan dan membuat masyarakat menderita. Oleh karena itu, berdasarkan hasil analisis BMKG pada saat El Niño tahun 2023, BMKG telah belajar banyak dan memanfaatkan TMC sebagai bentuk mitigasi terhadap dampak bencana yang dihasilkan.
Diterangkan Dwikorita, pada saat El Niño, sering kali terjadi penurunan air tanah sehingga menciptakan lahan yang sangat kering dan sangat sensitif terhadap kebakaran hutan. Secara alami, jika dahan pohon saling bergesekan, kebakaran bisa terjadi.
”Nah, TMC bisa digunakan untuk mengantisipasi kebakaran tersebut dengan menyemai awan-awan di wilayah yang rentan mengalami kebakaran hutan dan lahan. Data yang dimiliki BMKG, Terdapat sekitar 90 atau 80 persen pengurangan kebakaran hutan,” ujarnya.



