Akhirnya kami sepakat berangkat usai salat zuhur. Jalan kaki. Bukan dengan taksi.
Rutenya juga berbeda. Lebih pendek. Dan langsung njedul ke Gedung Jamarat. Gak pakai mampir ke Bin Dawood.
Akhirnya kami bertiga keluar hotel. Satu kawan dari kloter lain bergabung bersama kami. Jadilah kami berempat.
Dia menemani karena hanya ingin jalan kaki. Karena dia punya target harian. Sehari harus minimal 11 ribu langkah. Luar biasa.
Kami jalan kaki dengan ’’peralatan tempur’’. Pelindung sinar matahari untuk wajah, topi, payung, plus air minum.
Tapi rupanya meski cuaca menginfokan hari itu suhu maksimumnya 5 derajat celcius lebih rendah dari hari pertama tasyrik, tapi actual-nya cukup panas.
Jadi meski rutenya lebih pendek, tapi lebih berat eksekusinya.
Murianews, Makkah – Keesokan hari, info cuaca menunjukkan hari itu akan sedikit adem daripada sebelumnya dengan suhu maksimum 41 derajat celcius.
Akhirnya kami sepakat berangkat usai salat zuhur. Jalan kaki. Bukan dengan taksi.
Rutenya juga berbeda. Lebih pendek. Dan langsung njedul ke Gedung Jamarat. Gak pakai mampir ke Bin Dawood.
Akhirnya kami bertiga keluar hotel. Satu kawan dari kloter lain bergabung bersama kami. Jadilah kami berempat.
Tapi kawan kami itu tidak melempar jamrah. Dia sudah melakukan beberapa jam sebelumnya. Bukan waktu utama yang dipilihnya.
Dia menemani karena hanya ingin jalan kaki. Karena dia punya target harian. Sehari harus minimal 11 ribu langkah. Luar biasa.
Kami jalan kaki dengan ’’peralatan tempur’’. Pelindung sinar matahari untuk wajah, topi, payung, plus air minum.
Tapi rupanya meski cuaca menginfokan hari itu suhu maksimumnya 5 derajat celcius lebih rendah dari hari pertama tasyrik, tapi actual-nya cukup panas.
Jadi meski rutenya lebih pendek, tapi lebih berat eksekusinya.
Kami pun harus berhenti di sebuah hotel untuk ngiyup sambil numpang ke kamar kecil.
Menjelang 500 meter sebelum Gedung Jamarat, suhu terasa begitu terik. Saat ada yang bagi bagi air dingin, Murianews.com pun langsung meminta dua botol sekaligus.
Bukan untuk diminum. Satu botol untuk diguyur ke kepala. Satu botol lagi untuk kompres di bagian leher.
Allahu akbar.
Rute yang kami ambil rupanya mengantar kami ke lantai satu Gedung Jamarat.
Saat lempar jamrah aqabah 10 Zulhijah, Murianews.com berkesempatan melempar di lantai tiga.
Di hari pertama tasyrik 11 Zulhijah, Murianews.com berkesempatan lempar jamrah di lantai dua. Dan di hari kedua tasyrik 12 Zulhijah, Murianews.com ditakdirkan lempar jamrah di lantai satu.
Subhanallah. Semuanya tidak mungkin terjadi tanpa izin Allah SWT. Dan hanya rasa syukur yang bisa keluar dari mulut.
Suasana lantai satu Gedung Jamarat jauh berbeda dengan lantai di atasnya. Jemaah haji bahkan sudah memadati area pintu masuk.
Beruntung petugas sudah mengantisipasi dengan membagi dan memisahkan jemaah di dua sisi dengan water barrier. Sehingga tidak ada jemaah haji yang pindah sisi.
Padatnya jemaah haji juga tidak memungkinkan Murianews.com untuk mepet dinding pembatas seperti hari sebelumnya.
Murianews.com hanya bisa melempar jamrah dari jarak sekitar 1-2 meter dari dinding pembatas. Itu pun penuh dengan perjuangan dan penuh senggol.
Alhamdulillah meski ratusan ribu manusia memadati areal lantai satu Gedung Jamarat, kami bertiga tetap bisa menyelesaikan ritual lempar jamrah dengan aman dan lancar.
Perasaan senang dan haru bercampur aduk dalam hati. Pada hari itu, kami telah menyelesaikan ritual jemaah haji. (*)

Simak berita-berita pilihan Murianews.com melalui WhatsApp Channel dari ponsel Anda. Klik di sini.