Perayaan dimulai dengan pentas sendra tari tentang Ratu Kalinyamat. Jumlah pasukan lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya.
Pemeran hanya 12 orang. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya minimal 80 pemain. Durasi sendra tari pun kurang dari setengah jam. Padahal biasanya minimal satu jam.
Kemudian, rombongan Forkopimda menuju Makam Mantingan untuk mengganti luwur atau kain penutup makam Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat.
Tak semeriah tahun-tahun lalu, iring-iringan kali ini hanya menggunakan mobil klasik. Sedangkan tahun sebelumnya terdapat kereta kuda yang dinaiki para pejabat.
Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta menuturkan, meskipun digelar sederhana, perayaan itu tak kehilangan kesakralannya. Baginya, esensi dari acara itu lebih penting.
’’Ini tradisi turun temurun. Dan merupakan upaya untuk menguri-uri budaya Jepara,’’ kata Edy.
Tradisi itu diharapkan bisa menjadi pengingat masyarakat Jepara tentang cerita leluhur. Terutama tentang perjuangan Ratu Kalinyamat saat melawat penjajah.Nur Laili, salah satu warga mengaku senang menonton perayaan tahunan itu. Sebagai warga Jepara, dia selalu menanti pagelaran-pagelaran budaya yang kerap ada di Bumi Kartini.’’Hari Jadi Jepara memang selalu saya nantikan. Karena jarang sekali ada perayaan meriah. Tapi sayangnya tahun ini jauh lebih sederhana,’’ ujar dia. Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Jepara – Peringatan Hari Jadi Jepara ke-474 digelar sangat sederhana. Itu terlihat dari orang-orang yang dilibatkan.
Perayaan dimulai dengan pentas sendra tari tentang Ratu Kalinyamat. Jumlah pasukan lebih sedikit dibanding tahun sebelumnya.
Pemeran hanya 12 orang. Sedangkan tahun-tahun sebelumnya minimal 80 pemain. Durasi sendra tari pun kurang dari setengah jam. Padahal biasanya minimal satu jam.
Baca: Jelang Hari Jadi Jepara, Para Pejabat Berziarah ke Makam Leluhur
Kemudian, rombongan Forkopimda menuju Makam Mantingan untuk mengganti luwur atau kain penutup makam Sultan Hadlirin dan Ratu Kalinyamat.
Tak semeriah tahun-tahun lalu, iring-iringan kali ini hanya menggunakan mobil klasik. Sedangkan tahun sebelumnya terdapat kereta kuda yang dinaiki para pejabat.
Pj Bupati Jepara, Edy Supriyanta menuturkan, meskipun digelar sederhana, perayaan itu tak kehilangan kesakralannya. Baginya, esensi dari acara itu lebih penting.
’’Ini tradisi turun temurun. Dan merupakan upaya untuk menguri-uri budaya Jepara,’’ kata Edy.
Baca: Akhirnya N-Max Motor Dinas Petinggi di Jepara Segera Tiba
Tradisi itu diharapkan bisa menjadi pengingat masyarakat Jepara tentang cerita leluhur. Terutama tentang perjuangan Ratu Kalinyamat saat melawat penjajah.
Nur Laili, salah satu warga mengaku senang menonton perayaan tahunan itu. Sebagai warga Jepara, dia selalu menanti pagelaran-pagelaran budaya yang kerap ada di Bumi Kartini.
’’Hari Jadi Jepara memang selalu saya nantikan. Karena jarang sekali ada perayaan meriah. Tapi sayangnya tahun ini jauh lebih sederhana,’’ ujar dia.
Editor: Zulkifli Fahmi