Perang Obor Tegalsambi Jepara, Atraksi Budaya yang Memikat Ribuan Mata
Faqih Mansur Hidayat
Selasa, 6 Juni 2023 07:01:15
Perang obor dimulai setelah waktu Isya. Sebanyak empat puluh pemain, yang dipimpin oleh tiga orang berpakaian adat Jawa, membawa kemenyan dan oncor. Kemudian ada sesaji yang diarak dari rumah Petinggi Tegalsambi hingga perempatan setempat.
Rute tersebut telah dipadati oleh puluhan ribu orang di sepanjang kanan dan kiri jalur prosesi.
Baca: Mengenal Kisah Perang Obor Tegalsambi JeparaSetelah doa dibacakan, kemenyan dibawa ke hadapan kepala daerah. Penjabat (Pj) Bupati Jepara, Edy Supriyanta, dipilih untuk menyulutkan obor sebagai tanda dimulainya perang, pada Senin (5/6/2023) malam.
Tepuk tangan dan sorak-surai bergema, menggelora semangat para pemain. Masing-masing membawa ikat obor setinggi dua meter yang terbuat dari daun kelapa kering.
Obor-obor tersebut diayunkan sambil mencari lawan. Begitu menemukan lawan, mereka saling menghantam. Api berkobar di udara, menambah semarak suasana.
Tidak jarang, beberapa penonton terkena percikan api. Namun, untungnya tidak ada yang mengalami luka serius. Jika ada yang terkena luka ringan, panitia telah menyiapkan minyak kelapa yang diyakini memiliki efek penyembuhan untuk kulit yang terkena api.
Baca: 350 Obor Disiapkan untuk Perang Obor Tegalsambi JeparaPerang obor saling serang berlangsung selama hampir dua jam. Sekitar 400 obor habis terpakai dalam aksi saling hantam. Tidak ada kemarahan di antara para pemain. Para pria asli Tegalsambi menganggap benturan dengan lawan adalah simbol persaudaraan.
Petinggi Desa Tegalsambi, Agus Santoso menjelaskan, tradisi Perang Obor telah dilestarikan sejak ratusan tahun yang lalu. Hampir semua pria di desa ini pasti akan berkesempatan menjadi pemain dalam Perang Obor.”Tradisi ini akan selalu terwarisi dan lestari sampai anak cucu nanti,” kata Agus.Ia menambahkan, atraksi budaya ini telah menjadi salah satu acara nasional yang menarik perhatian banyak pihak. Hal ini terbukti dari jumlah fotografer dan videografer dari berbagai penjuru Indonesia yang datang setiap tahunnya, yang terus meningkat dari waktu ke waktu.Perang Obor bahkan telah menjadi agenda khusus bagi mereka yang mencintai atraksi budaya Nusantara.
Baca: Melihat Perang Obor Tegalsambi Jepara dari DekatAgus juga menekankan bahwa Perang Obor ini menjadi sarana pemersatu bagi seluruh masyarakat desa. Karena Perang Obor ini merupakan bagian dari rangkaian sedekah bumi yang melibatkan seluruh masyarakat desa.”Dengan tradisi ini, kita berharap masyarakat semakin rukun, damai dan sejahtera. Tidak ada gesekan apa pun. Tegalsambi aman tenteram,” tutur Agus. Editor: Cholis Anwar
Murianews, Jepara – Gelaran tradisi Perang Obor di Desa Tegalsambi, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, selalu menjadi magnet bagi ribuan pasang mata. Lebih dari 15 ribu orang tercatat menjadi saksi atraksi budaya yang memukau ini.
Perang obor dimulai setelah waktu Isya. Sebanyak empat puluh pemain, yang dipimpin oleh tiga orang berpakaian adat Jawa, membawa kemenyan dan oncor. Kemudian ada sesaji yang diarak dari rumah Petinggi Tegalsambi hingga perempatan setempat.
Rute tersebut telah dipadati oleh puluhan ribu orang di sepanjang kanan dan kiri jalur prosesi.
Baca: Mengenal Kisah Perang Obor Tegalsambi Jepara
Setelah doa dibacakan, kemenyan dibawa ke hadapan kepala daerah. Penjabat (Pj) Bupati Jepara, Edy Supriyanta, dipilih untuk menyulutkan obor sebagai tanda dimulainya perang, pada Senin (5/6/2023) malam.
Tepuk tangan dan sorak-surai bergema, menggelora semangat para pemain. Masing-masing membawa ikat obor setinggi dua meter yang terbuat dari daun kelapa kering.
Obor-obor tersebut diayunkan sambil mencari lawan. Begitu menemukan lawan, mereka saling menghantam. Api berkobar di udara, menambah semarak suasana.
Tidak jarang, beberapa penonton terkena percikan api. Namun, untungnya tidak ada yang mengalami luka serius. Jika ada yang terkena luka ringan, panitia telah menyiapkan minyak kelapa yang diyakini memiliki efek penyembuhan untuk kulit yang terkena api.
Baca: 350 Obor Disiapkan untuk Perang Obor Tegalsambi Jepara
Perang obor saling serang berlangsung selama hampir dua jam. Sekitar 400 obor habis terpakai dalam aksi saling hantam. Tidak ada kemarahan di antara para pemain. Para pria asli Tegalsambi menganggap benturan dengan lawan adalah simbol persaudaraan.
Petinggi Desa Tegalsambi, Agus Santoso menjelaskan, tradisi Perang Obor telah dilestarikan sejak ratusan tahun yang lalu. Hampir semua pria di desa ini pasti akan berkesempatan menjadi pemain dalam Perang Obor.
”Tradisi ini akan selalu terwarisi dan lestari sampai anak cucu nanti,” kata Agus.
Ia menambahkan, atraksi budaya ini telah menjadi salah satu acara nasional yang menarik perhatian banyak pihak. Hal ini terbukti dari jumlah fotografer dan videografer dari berbagai penjuru Indonesia yang datang setiap tahunnya, yang terus meningkat dari waktu ke waktu.
Perang Obor bahkan telah menjadi agenda khusus bagi mereka yang mencintai atraksi budaya Nusantara.
Baca: Melihat Perang Obor Tegalsambi Jepara dari Dekat
Agus juga menekankan bahwa Perang Obor ini menjadi sarana pemersatu bagi seluruh masyarakat desa. Karena Perang Obor ini merupakan bagian dari rangkaian sedekah bumi yang melibatkan seluruh masyarakat desa.
”Dengan tradisi ini, kita berharap masyarakat semakin rukun, damai dan sejahtera. Tidak ada gesekan apa pun. Tegalsambi aman tenteram,” tutur Agus.
Editor: Cholis Anwar