Dihadiri Ribuan Orang, Tradisi Jembul Banyumanis di Jepara Berlangsung Meriah
Faqih Mansur Hidayat
Kamis, 15 Juni 2023 13:06:17
Sekitar sepuluh ribu orang hadir di sekitar rumah Petinggi Desa Banyumanis, Kamis (15/6/2023) pagi. Mereka menantikan kedatangan jembul yang diarak dari masing-masing dukuh.
Tahun ini, ada tiga pasang jembul yang disajikan. Serupa Jembul Tulakan,
Jembul Banyumanis adalah gunungan yang terbuat dari bambu yang disayat tipis lalu dibentuk seperti rambut keriting. Kemudian, bambu tersebut dipasangi sobekan-sobekan kain beragam warna.
Baca juga: Jembul Tulakan Jepara Sudah Terdaftar Sebagai Warisan Budaya BangsaMasing-masing kelompok membawa jembul perempuan dan jembul laki-laki. Jembul perempuan hanya dipikul empat orang. Sedangkan jembul laki-laki dipikul lebih dari sepuluh orang.
Iring-iringan rombongan dipimpin kaum ibu yang membawa hasil bumi dalam bakul. Sedangkan kaum laki-laki ikut memikul dan mengendalikan laju jembul.
Yang paling menyita perhatian adalah jembul laki-laki. Para pemikul seringkali mengarahkan ke arah penonton. Pada saat yang sama, penonton berhamburan menyelamatkan diri.
Mendekati halaman rumah petinggi, suasana semakin memanas. Kelompok pembawa jembul seperti dihadang kelompok lain. Jembul lalu sengaja ditabrakkan ke arah berlawanan. Saat bersamaan, terjadilah kericuhan. Dalam lingkaran yang penuh sesak manusia itu, mereka saling memukul seperti orang tawuran. Melihat situasi semakin tak terkendali, pihak aparat langsung melerai.
Uniknya, selepas tawuran masing-masing pihak tidak memperpanjang emosi mereka. Mereka justru mengangkat tangan sambil bergoyang mengikuti iringan lagu-lagu Jawa yang dinyanyikan dua sinden dari atas panggung.Butuh waktu ekstra untuk menempatkan jembul di tempat yang sudah disediakan. Sebab, para pemikul sengaja menarik maju mundur ketika sudah berada di depan rumah petinggi. Saat jembul sudah mendarat, seluruh orang bersorak-sorai. Tiga pasang jembul yang dijajar itu berisi hasil bumi dan olahannya. Seperti singkong, tape ketan, gemblong dan jajanan-jajanan tradisional lainnya.”Ini adalah wujud rasa syukur masyarakat Desa Banyumanis dalam sedekah bumi yang digelar setiap tahun,” kata Petinggi Desa Banyumanis Subandrio.Dia menyampaikan, tradisi Jembul Banyumanis ini bersamaan dengan hari jadi desa setiap tahunnya. Kali ini, Desa Banyumanis berusia 112 tahun.Tak seperti tahun-tahun yang lalu, kata Subandrio, tahun ini disajikan gunungan hasil bumi. Masyarakat desa membawa gunungan tersebut sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang selama setahun ini dirasakan.”Hasil bumi ini menandakan Desa Banyumanis ’
Gemah Ripah Loh Jinawi’. Tanahnya subur, masyarakatnya makmur,” kata dia.https://youtu.be/ANqiBbgK2acEditor: Dani Agus
Murianews, Jepara – Tradisi Jembul Banyumanis di Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah kembali dihelat. Kesenian rakyat itu berlangsung sangat meriah dan panas.
Sekitar sepuluh ribu orang hadir di sekitar rumah Petinggi Desa Banyumanis, Kamis (15/6/2023) pagi. Mereka menantikan kedatangan jembul yang diarak dari masing-masing dukuh.
Tahun ini, ada tiga pasang jembul yang disajikan. Serupa Jembul Tulakan,
Jembul Banyumanis adalah gunungan yang terbuat dari bambu yang disayat tipis lalu dibentuk seperti rambut keriting. Kemudian, bambu tersebut dipasangi sobekan-sobekan kain beragam warna.
Baca juga: Jembul Tulakan Jepara Sudah Terdaftar Sebagai Warisan Budaya Bangsa
Masing-masing kelompok membawa jembul perempuan dan jembul laki-laki. Jembul perempuan hanya dipikul empat orang. Sedangkan jembul laki-laki dipikul lebih dari sepuluh orang.
Iring-iringan rombongan dipimpin kaum ibu yang membawa hasil bumi dalam bakul. Sedangkan kaum laki-laki ikut memikul dan mengendalikan laju jembul.
Yang paling menyita perhatian adalah jembul laki-laki. Para pemikul seringkali mengarahkan ke arah penonton. Pada saat yang sama, penonton berhamburan menyelamatkan diri.
Mendekati halaman rumah petinggi, suasana semakin memanas. Kelompok pembawa jembul seperti dihadang kelompok lain. Jembul lalu sengaja ditabrakkan ke arah berlawanan. Saat bersamaan, terjadilah kericuhan. Dalam lingkaran yang penuh sesak manusia itu, mereka saling memukul seperti orang tawuran. Melihat situasi semakin tak terkendali, pihak aparat langsung melerai.
Uniknya, selepas tawuran masing-masing pihak tidak memperpanjang emosi mereka. Mereka justru mengangkat tangan sambil bergoyang mengikuti iringan lagu-lagu Jawa yang dinyanyikan dua sinden dari atas panggung.
Butuh waktu ekstra untuk menempatkan jembul di tempat yang sudah disediakan. Sebab, para pemikul sengaja menarik maju mundur ketika sudah berada di depan rumah petinggi. Saat jembul sudah mendarat, seluruh orang bersorak-sorai. Tiga pasang jembul yang dijajar itu berisi hasil bumi dan olahannya. Seperti singkong, tape ketan, gemblong dan jajanan-jajanan tradisional lainnya.
”Ini adalah wujud rasa syukur masyarakat Desa Banyumanis dalam sedekah bumi yang digelar setiap tahun,” kata Petinggi Desa Banyumanis Subandrio.
Dia menyampaikan, tradisi Jembul Banyumanis ini bersamaan dengan hari jadi desa setiap tahunnya. Kali ini, Desa Banyumanis berusia 112 tahun.
Tak seperti tahun-tahun yang lalu, kata Subandrio, tahun ini disajikan gunungan hasil bumi. Masyarakat desa membawa gunungan tersebut sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil bumi yang selama setahun ini dirasakan.
”Hasil bumi ini menandakan Desa Banyumanis ’
Gemah Ripah Loh Jinawi’. Tanahnya subur, masyarakatnya makmur,” kata dia.
https://youtu.be/ANqiBbgK2ac
Editor: Dani Agus