Kepala Kantor SAR Semarang, Heru Suhartanto menerangkan, pada Rabu (14/6/2023) pihaknya menerima laporan dari Kapal TB Trinity terkait terbaliknya kapal itu lengkap dengan titik kordinatnya. Setelah didatangi ke lokasi, ternyata sudah tidak ada kapal ataupun jejak-jekanya.
Kemudian, Heru berupaya berkomunikasi dengan beberapa kapal di sekitar kordinat tersebut. Salah satu kapal memberi informasi bahwa kapal sudah bergeser 40 mil laut dari lokasi awal terbalik.
”Akhirnya kita kejar ke sana. Ternyata juga kapalnya sudah tidak ada di lokasi. Kalau analisa kami tidak mungkin, terlalu jauh kalau 40 mil laut,” kata Heru, Sabtu (17/6/2023).
Berdasarkan analisa Heru, kapal tersebut sudah terbalik pada Senin (12/6/2023) lalu. Sedangkan informasi dari nahkoda, kapal itu dihantam gelombang dua kali. Hantaman pertama membuat kapal miring. Belum sempat memposisikan kapal, hantaman kedua langsung membuat kapal terbalik.
”Kami menduga kemungkinan besar kapal tenggelam di titik awal (30 mil dari Pulau Parang dekat Pulau Kembar, red). Kapal itu berat mengangkut alat berat, kapalnya juga besar. Dimungkinkan andai kata kapal terbalik dan tenggelam, pasti tidak jauh dari titik awal yang dilihat TB Trinity,” ungkap Heru.Tim yang sudah mendatangi lokasi pun tidak menemukan jejak-jejak kapal tersebut. Justru, pada jarak 40 mil dari titik awal, tim menemukan liferaft, ban-ban dan bongkahan-bongkahan kapal.Heru mengaku tidak memungkinkan tim untuk melakukan penyelaman. Alasannya, ketinggian ombak mencapai 2,5 meter dengan kecepatan angin 25-30 knots.”Kapal kita saja goyang. Kita tidak berani ambil tindakan (penyelaman, red). Nanti kita evaluasi kembali akan bagaimana. Tapi kami fokuskan pencarian lima ABK yang hilang,” pungkas Heru. Editor: Dani Agus
Murianews, Jepara – Upaya pencarian Lima Anak Buah Kapal (ABK) Landing Craft Tank (LCT) Cipta Harapan IX (GT 679) yang terbalik di
Perairan Karimunjawa masih nihil. Muncul dugaan bahwa kapal tersebut sudah tenggelam ke dasar laut.
Kepala Kantor SAR Semarang, Heru Suhartanto menerangkan, pada Rabu (14/6/2023) pihaknya menerima laporan dari Kapal TB Trinity terkait terbaliknya kapal itu lengkap dengan titik kordinatnya. Setelah didatangi ke lokasi, ternyata sudah tidak ada kapal ataupun jejak-jekanya.
Kemudian, Heru berupaya berkomunikasi dengan beberapa kapal di sekitar kordinat tersebut. Salah satu kapal memberi informasi bahwa kapal sudah bergeser 40 mil laut dari lokasi awal terbalik.
Baca juga: Kapal Terbalik di Perairan Karimunjawa Teridentifikasi, Lima ABK Hilang
”Akhirnya kita kejar ke sana. Ternyata juga kapalnya sudah tidak ada di lokasi. Kalau analisa kami tidak mungkin, terlalu jauh kalau 40 mil laut,” kata Heru, Sabtu (17/6/2023).
Berdasarkan analisa Heru, kapal tersebut sudah terbalik pada Senin (12/6/2023) lalu. Sedangkan informasi dari nahkoda, kapal itu dihantam gelombang dua kali. Hantaman pertama membuat kapal miring. Belum sempat memposisikan kapal, hantaman kedua langsung membuat kapal terbalik.
”Kami menduga kemungkinan besar kapal tenggelam di titik awal (30 mil dari Pulau Parang dekat Pulau Kembar, red). Kapal itu berat mengangkut alat berat, kapalnya juga besar. Dimungkinkan andai kata kapal terbalik dan tenggelam, pasti tidak jauh dari titik awal yang dilihat TB Trinity,” ungkap Heru.
Tim yang sudah mendatangi lokasi pun tidak menemukan jejak-jejak kapal tersebut. Justru, pada jarak 40 mil dari titik awal, tim menemukan liferaft, ban-ban dan bongkahan-bongkahan kapal.
Heru mengaku tidak memungkinkan tim untuk melakukan penyelaman. Alasannya, ketinggian ombak mencapai 2,5 meter dengan kecepatan angin 25-30 knots.
”Kapal kita saja goyang. Kita tidak berani ambil tindakan (penyelaman, red). Nanti kita evaluasi kembali akan bagaimana. Tapi kami fokuskan pencarian lima ABK yang hilang,” pungkas Heru.
Editor: Dani Agus