Remitan, Gerabah Mayong yang Masih Eksis Hingga Kini
Faqih Mansur Hidayat
Jumat, 8 Maret 2024 16:07:00
Murianews, Jepara – Mayong, yang berada di Kabupaten Jepara, Jawa Tengah, tidak hanya dikenal sebagai tempat kelahiran RA Kartini. Namun kawasan ini juga dikenal sebagai sentra Remitan atau kerajinan gerabah Mayong.
Di kawasan ini, kerajinan gerabah masih menjadi salah satu nadi kehidupan masyarakat. Bahkan bisa dikatakan, membuat grabah adalah tradisi yang sudah lama ada di masyarakat Mayong.
Salah satu perajin Remitan yang ada di Mayong adalah Sukati, yang saat ini sudah berusia 55 tahun. Di kalangan perajin, Sukati termasuk pengrajin gerabah Mayong paling senior.
Tangan Sukati masih terlihat sangat lihai membentuk gumpalan tanah liat di atas meja bundar kecil yang berputar, kendati sudah berumur setengah abad lebih. Kakinya juga tak kalah cekatan mengatur kecepatan putar meja yang digunakannya.
Sukati merupakan warga RT 1 RW 4 Desa Mayong Lor, Kecamatan Mayong. Dirinya bahkan menjadi salah satu perajin gerabah paling sepuh di desanya. Gerabah atau yang lebih dikenal warga Mayong sebagai Remitan, sangat lekat dalam kehidupan wanita ini.
Remitan merupakan gerabah kecil berwarna-warni yang biasa digunakan anak-anak sebagai mainan. Sukati sendiri sudah menjadi perajin gerabah ini sejak kelas dua SD.
“Dari kecil sudah belajar. Karena di sini pusat orang bikin remitan,” kata Sukati, belum lama ini.
Sukati membuat beragam jenis gerabah remitan setiap harinya. Sedikitnya ada lima belas jenis remitan yang dia produksi. Diantaranya adalah bentuk pawon, kendil, kuali, tutup kuali, dandang, gentong, wajan, senek atau tempat nasi, tutup senek, teko, cangkir, gelas, piring, mangkok, dan cowek atau cobek.
Dalam sehari ia rata-rata mampu membuat 500 jenis remitan berbagai bentuk. Ia bekerja mulai dari pukul 07.00 WIB sampai menjelang adzan Dhuhur. Ia dibantu dua orang pekerja lain yang bertugas membentuk remitan dan mengeringkan remitan.
Sukati memproduksi remitan dalam bentuk setengah jadi. Setelah dibakar dan dikeringkan, akan disetor ke pengepul untuk proses cat dan finishing.
Karena tidak mengecer, remitan buatannya ia jual dengan harga Rp300 ribu per seribu buah untuk produk baru setengah jadi, yang belum diberi warna. Sedangkan jika sudah diberi warna harganya naik menjadi Rp 1 juta per seribu jenis.
Saat ini ia memiliki tiga pelanggan tetap yang memesan remitan buatannya. Remitan tersebut biasanya sudah dipesan dua bulan sebelum adanya tradisi Baratan, tradisi warga Kecamatan Kalinyamatan menjelang Ramadan.
Selain membuat Remitan, ia juga membuat kendil yang digunakan sebagai tempat mengunbur ari-ari bayi yang baru lahir. Kemudian juga vas bunga kecil dan beberapa produk gerabah lainnya.
Produk gerabag Mayong itu akan dibuatnya jika tidak ada pesanan untuk membuat Remitan. Untuk ini dirinya jugaa sudah terbiasa menerima pesanan dengan bentuk sesuai keinginan pelanggan.
"Tengkulaknya ada banyak. Soalnya tidak cuma bikin remitan. Ada kendil hingga vas bunga,” pungkas dia.
Editor: Budi Santoso



