Rabu, 19 November 2025

Murianews, Jepara – Sejak kemunculannya di publik, bakal calon bupati (cabup) Jepara Witiarso Utomo atau Wiwit berambisi menjadi calon tunggal di Pilkada 2024. Ambisinya itu kemudian ditopang tujuh partai politik (parpol) yang konon sudah bulat mengusung pengusaha asal Kecamatan Donorojo itu.

Tujuh parpol itu adalah Demokrat, NasDem, Golkar, PAN, PKS, PDIP, dan Gerindra. Namun, sampai sekarang yang dukungannya berupa surat hanya NasDem dan PAN. Lainnya masih abu-abu.

Menurut pengamat politik sekaligus Direktur Publikasi dan Media Lembaga Independen Demokrasi Indonesia (LIDINA) Subchan Zuhri, koalisi tersebut masih bisa berubah. Artinya, masih ada potensi tujuh parpol itu tak akan berlayar dalam satu kapal di Pilkada Jepara 2024.

”Semua ada potensi bisa berubah. Sehari dua hari dalam politik itu bisa jadi ada perubahan,” kata Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Jepara 2018-2023 itu, Sabtu (10/8/2024).

Diketahui bersama, Gerindra telah menyodorkan nama Purwanto, Bendahara DPC Gerindra Kabupaten Jepara sebagai bakal calon wakil bupati (cawabup) Wiwit. Gerindra juga menawarkan akan membawa gerbong partai kepada Wiwit.

Di sisi lain, Muhammad Ibnu Hajar, kader Partai Persatuan Pembangunan (PPP) yang sejak awal lengket dengan Wiwit juga terus merangsek ke tujuh parpol. Bahkan NasDem, Demokrat, PAN dan PKS sudah menyatakan dukungan lisan agar terjadi pasangan Wiwit-Hajar. Sayangnya, sampai saat ini Hajar belum bisa memberikan bukti dari syarat yang diajukan Wiwit kepada dirinya, yaitu membawa gerbong PPP.

Subchan melihat, resistensi dari dua faksi itu bisa saja membuat koalisi tujuh parpol pecah. Namun menurutnya, solid atau pecahnya koalisi tergantung pada komunikasi politik yang dijalin.

Terlepas dari persoalan koalisi itu, Subchan menyampaikan bahwa yang lebih penting lagi dalam hal perjodohan politik adalah bagaimana parpol bisa memahami karakter masyarakat Jepara. Komposisi pasangan calon harus bisa merepresentasikan keinginan publik.

Dari perjalanan sejarah pilkada Jepara, sebut Subchan, komposisi pasangan calon ideal berdasarkan wajah atau karakter masyarakat Kota Ukir didominasi dua jenis. Yaitu, komposisi pasangan kelompok santri-kelompok birokrasi, atau kelompok santri-kelompok pengusaha.

”Tidak melulu pada partai. Tapi latar belakang calon yang sesuai dengan wajah (karakter) masyarakat Jepara,” ujar Subchan.

Berpijak pada konstelasi hari ini, Subchan memandang seluruh bakal calon masih memiliki kesempatan yang sama. Baik dari kalangan santri, pengusaha, birokrat hingga politisi.

”Semua sama-sama punya potensi yang kuat. Asal usahanya bisa menghimpun pemilih sebanyak-banyaknya. Mereka tentu punya modal sosial, dukungan masyarakat dan kapital,” pungkas Subchan.

Editor: Dani Agus

Komentar

Terpopuler