Sejak pagi, belasan ribu warga sudah berkumpul di kawasan rumah Petinggi Desa Tulakan, Senin (14/7/2025). Mereka menunggu arak-arakan jembul dari beberapa dukuh.
Setiap rombongan membawa dua jembul utama, yaitu jembul lanang dan wedok. Jembul sendiri merupakan ancak yang terbuat dari bambu yang diiris tipis menyerupai rambut ikal.
Tak hanya jembul, rombongan juga membawa berbagai hasil bumi yang diarak beratus-ratus meter sebelum sampai di depan rumah petinggi.
Saban rombongan diberi durasi satu langgam Jawa sesuai permintaan mereka. Alunan gending Jawa menambah hikmadnya suasana.
Tak hanya mengantarkan ke rumah petinggi, jembul-jembul yang dipikul itu diarak maju mundur.
Para pemikul sengaja mendekatkan, menjauhkan, mendekatkan lagi, menjauhkan lagi jembul ke panggung utama. Pada momen itulah, terjadi semacam tawuran.
Rombongan dan penonton kerap kali terlibat baku pukul. Mereka mencabut bambu-bambu untuk kemudian dijadikan senjata saling pukul.
Murianews, Jepara – Masyarakat Desa Tulakan, Kecamatan Donorojo, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah (Jateng) menggelar tradisi Jembul. Selain menawarkan eksotisme budaya, Jembul Tulakan juga menampilkan atraksi yang menegangkan.
Sejak pagi, belasan ribu warga sudah berkumpul di kawasan rumah Petinggi Desa Tulakan, Senin (14/7/2025). Mereka menunggu arak-arakan jembul dari beberapa dukuh.
Setiap rombongan membawa dua jembul utama, yaitu jembul lanang dan wedok. Jembul sendiri merupakan ancak yang terbuat dari bambu yang diiris tipis menyerupai rambut ikal.
Tak hanya jembul, rombongan juga membawa berbagai hasil bumi yang diarak beratus-ratus meter sebelum sampai di depan rumah petinggi.
Saban rombongan diberi durasi satu langgam Jawa sesuai permintaan mereka. Alunan gending Jawa menambah hikmadnya suasana.
Tak hanya mengantarkan ke rumah petinggi, jembul-jembul yang dipikul itu diarak maju mundur.
Para pemikul sengaja mendekatkan, menjauhkan, mendekatkan lagi, menjauhkan lagi jembul ke panggung utama. Pada momen itulah, terjadi semacam tawuran.
Rombongan dan penonton kerap kali terlibat baku pukul. Mereka mencabut bambu-bambu untuk kemudian dijadikan senjata saling pukul.
Tak Ada Dendam...
Yang menarik, tak ada dendam setelah baku pukul itu. Amarah mereka selesai bersamaan dengan rampungnya pesta bernama Jembul Tulakan itu.
Parade budaya ini juga melibatkan empat tokoh punggawa yang merupakan bagian dari cerita rakyat, yaitu Said Usman, Suto Mangun Joyo, Mbah Leseh, dan sepasukan prajurit yang masing-masing mewakili wilayah dukuh Kerajan, Kamituwo, Winong, Ngemplak, dan Drojo.
Bupati Jepara, Witiarso Utomo bersama Wabup M Ibnu Hajar dan jajarannya hadir langsung menonton Jembul Tulakan. Bupati menyampaikan apresiasinya terhadap pelestarian budaya lokal yang masih dijaga oleh masyarakat Tulakan.
”Hari ini ada tradisi Jembul Tulakan yang biasa dilakukan setiap tahun. Alhamdulillah berjalan lancar dan penuh antusiasme dari masyarakat. Mudah-mudahan ini menjadi berkah bagi Desa Tulakan,” ujar Bupati selepas acara Jembul Tulakan.
Ia berharap ke depan Jembul Tulakan tidak hanya menjadi tradisi dan budaya lokal. Tetapi juga bisa dikembangkan menjadi event tahunan yang menarik bagi wisatawan.
Dengan pelestarian tradisi ini, lanjut Wiwit, Jembul Tulakan tak hanya menjadi sarana spiritual dan budaya, tetapi juga potensi pengembangan wisata berbasis kearifan lokal yang menjanjikan.
Editor: Supriyadi