Sistem ini nantinya akan memberikan informasi sedini mungkin terkait kenaikan air melalui notifikasi aplikasi telegram.
Ketua tim pengabdian UMK, Sugeng Slamet mengatakan, pihaknya telah melakukan studi lapangan di Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.
Langkah itu dilakukan untuk memastikan penerapan sistem yang dikembangkan di desa itu.
Ia menjelaskan, pendeteksian permukaan air sungai itu masuk dalam tiga kategori. Pertama yakni siaga satu, di mana ketinggian air kurang dari 290 sentimeter.
Kemudian siaga dua, ketinggian air sungai di antara 250 hingga 289 sentimeter. Sedangkan siaga tiga, air permukaan mencapai 200 hingga 249 sentimeter.
Murianews, Kudus – Tim pengabdian Universitas Muria Kudus (UMK) melakukan pengembangan Early Warning System (EWS) pendeteksi dini bencana banjir.
Sistem ini nantinya akan memberikan informasi sedini mungkin terkait kenaikan air melalui notifikasi aplikasi telegram.
Ketua tim pengabdian UMK, Sugeng Slamet mengatakan, pihaknya telah melakukan studi lapangan di Desa Setrokalangan, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kudus.
Langkah itu dilakukan untuk memastikan penerapan sistem yang dikembangkan di desa itu.
”Alat ini bekerja dengan mendeteksi ketinggian air di sungai dengan sensor ultrasonic. Hasil deteksi ini realtime dan dikirimkan massal ke warga yang telah menggunakan android,” ungkapnya kepada media, Selasa (24/12/2024).
Ia menjelaskan, pendeteksian permukaan air sungai itu masuk dalam tiga kategori. Pertama yakni siaga satu, di mana ketinggian air kurang dari 290 sentimeter.
Kemudian siaga dua, ketinggian air sungai di antara 250 hingga 289 sentimeter. Sedangkan siaga tiga, air permukaan mencapai 200 hingga 249 sentimeter.
”Diharapkan ini bisa menjadi upaya untuk mengurangi risiko banjir dan dampak lainnya,” terangnya.
Solusi ke masyarakat...
Ia menyebut hal ini merupakan sebuah upaya dari UMK sebagai perguruan tinggi untuk ikut serta dalam memberikan solusi dan permasalahan di masyarakat.
Seperti yang diketahui, Desa Setrokalangan sering kali terdampak bencana banjir. Menurut data yang diperoleh Sugeng, pada tahun 2022 dan 2023, desa ini terendam banjir dengan ketinggian satu meter.
”Kalau hujan lebat dan air Sungai Wulan meluap itu banjirnya lebih dari satu meter, sebagai daerah rawan maka perlu adanya mitigasi bencana,” ungkapnya.
Ia menambahkan, banjir akan membawa dampak buruk bagi masyarakat. Kerusakan infrastruktur dan keselamatan jiwa terancam oleh bencana ini.
Oleh karena itu, UMK mencoba mengembangkan alat pendeteksi dini sehingga lebih mudah dipakai dan dimengerti. Dengan demikian dampak dan risiko yang muncul tidak parah dan menelan kerugian besar.
Editor: Supriyadi