Itu terungkap dalam Diskusi Strategis ”Menyatukan Inovasi Digital dan Pelestarian Budaya Menuju Pariwisata Unggul” di Pojok Kekudusan yang diselenggarakan Perpustakaan Universitas Muria Kudus (UMK) Selasa (12/8/2025).
Diskusi yang mempertemukan akademisi, pelaku pariwisata, komunitas budaya, serta generasi muda itu menghadirkan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, Arief Zuli Tanjung dan konten kreator pariwisata, Fifi Lia Rumita sebagai narasumber.
Dalam paparannya, Arief mengatakan, pola konsumsi budaya saat ini telah berubah dengan adanya globalisasi dan kemajuan teknologi, terutama di kalangan generasi muda. Kecepatan informasi dan penyebaran budaya dari luar juga sangat leluasa.
Menurutnya, kemajuan teknologi harus dibarengi dengan pemanfaatannya pada pelestarian budaya di masing-masing daerah. Kolaborasi antara teknologi dengan upaya pelestarian budaya melalui pendekatan yang lebih fleksibel.
Tanpa strategi adaptasi, minat terhadap tradisi dan seni lokal berpotensi memudar hingga hilang dari permukaan.
”Teknologi seharusnya menjadi media efektif untuk dokumentasi, promosi, dan edukasi budaya. Kita bisa membuat virtual tour destinasi budaya Kudus, mendigitalisasi arsip kesenian, hingga memanfaatkan media sosial untuk promosi event budaya,” jelasnya.
Murianews, Kudus – Globalisasi dan kemajuan teknologi digital harus mendorong inovasi dalam pelestarian budaya di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.
Itu terungkap dalam Diskusi Strategis ”Menyatukan Inovasi Digital dan Pelestarian Budaya Menuju Pariwisata Unggul” di Pojok Kekudusan yang diselenggarakan Perpustakaan Universitas Muria Kudus (UMK) Selasa (12/8/2025).
Diskusi yang mempertemukan akademisi, pelaku pariwisata, komunitas budaya, serta generasi muda itu menghadirkan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, Arief Zuli Tanjung dan konten kreator pariwisata, Fifi Lia Rumita sebagai narasumber.
Dalam paparannya, Arief mengatakan, pola konsumsi budaya saat ini telah berubah dengan adanya globalisasi dan kemajuan teknologi, terutama di kalangan generasi muda. Kecepatan informasi dan penyebaran budaya dari luar juga sangat leluasa.
Menurutnya, kemajuan teknologi harus dibarengi dengan pemanfaatannya pada pelestarian budaya di masing-masing daerah. Kolaborasi antara teknologi dengan upaya pelestarian budaya melalui pendekatan yang lebih fleksibel.
Tanpa strategi adaptasi, minat terhadap tradisi dan seni lokal berpotensi memudar hingga hilang dari permukaan.
”Teknologi seharusnya menjadi media efektif untuk dokumentasi, promosi, dan edukasi budaya. Kita bisa membuat virtual tour destinasi budaya Kudus, mendigitalisasi arsip kesenian, hingga memanfaatkan media sosial untuk promosi event budaya,” jelasnya.
Sementara itu...
Sementara itu, Fifi Lia Rumita menekankan peran penting konten kreator sebagai jembatan antara destinasi wisata dan audiens global.
Menurutnya, foto, video, dan cerita digital memungkinkan destinasi Kudus dikenal luas tanpa batas jarak dan waktu.
”Kuncinya adalah memahami cerita dan filosofi di balik setiap tradisi, lalu mengemasnya dengan gaya yang relevan untuk generasi muda, misalnya lewat short video, storytelling, atau reels di TikTok,” ujarnya.
Fifi juga menyoroti tantangan yang dihadapi, seperti persaingan konten yang ketat, tren yang cepat berubah, dan keterbatasan sumber daya.
Solusinya, para kreator perlu melakukan riset tren terbaru, menemukan sudut pandang unik, serta memanfaatkan teknologi editing dan analytics untuk memperluas jangkauan audiens.
Acara ini diharapkan menjadi langkah awal membangun kolaborasi lintas sektor, sehingga inovasi digital dapat berjalan seiring dengan pelestarian budaya menuju pariwisata Kudus yang unggul dan berkelanjutan.
Editor: Zulkifli Fahmi