Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Pemprov Jateng melalui Dinas Pendidikan dan Kebudayaan dikabarkan mulai mengembalikan waktu sekolah, dari sekolah lima hari menjadi enam hari. Rencana itu pun menghadirkan perdebatan.

Menanggapi itu, Dosen Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muria Kudus (FKIP UMK), Muthohar menilai mestinya perdebatan itu tidak harus jadi fokus utama peningkatan kualitas pendidikan.

Ia menilai, pembenahan sistem pembelajaran yang benar-benar efektif dan menyenangkan bagi siswa jauh lebih penting, ketimbang harus memperdebatkan sekolah lima hari atau enam hari.

”Kalau melihat perkembangan isu ini, saya sendiri mempertanyakan kenapa kita berkutat pada lima atau enam hari sekolah. Yang terpenting bukan itu, tetapi bagaimana membuat sistem pembelajaran yang efektif. Semua pola punya plus minus,” ujarnya.

Menurutnya, penerapan lima hari sekolah memang memberi peluang bagi guru untuk menjaga work-life balance. Namun, di sisi lain proses pembelajaran selama lima hari penuh kerap menimbulkan tantangan.

”Bisa jadi siswa justru capek, kontra produktif. Enam hari pun sama saja, hanya liburnya sehari. Guru juga butuh relaksasi, siswa pun perlu ritme belajar yang tidak monoton,” tambahnya.

Ia berpendapat, salah satu alasan dalam kebijakan ini adalah minimnya pengawasan saat siswa memiliki waktu luang yang kadang memunculkan perilaku negatif. Ia menilai, pertimbangan ini sah-sah saja karena melihat berbagai faktor di lapangan.

”Sah-sah saja mempertimbangkan realitas faktual. Tapi pendidikan harus memberikan pengalaman yang membuat siswa tahu kenapa mereka harus berangkat sekolah. Libur pun harus diarahkan untuk hal produktif dan positif,” ujarnya.

Jangan Terjebak... 

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler