Rabu, 19 November 2025

Murianews, KudusRandi Gita Setyoko merupakan sosok yang tak asing bagi masyarakat Desa Rahtawu, Kecamatan Gebog, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah. Ia merupakan budayawan sekaligus seniman asal desa di puncak Gunung Muria itu.

Lahir dan besar di lingkungan yang kental dengan tradisi, menjadikan Randi mengenal kebudayaan sejak kecil. Kecintaannya pada budaya dan kesenian itu pun yang membuatnya memilih Pendidikan Seni Rupa di Universitas Negeri Semarang sebagai almamaternya.

’’Sedari kecil saya menyukai kesenian dan kebudayaan, namun saya tidak memiliki background di hal tersebut, hanya saja nenek buyut dulunya merupakan orang penting di Desa Rahtawu dan dia sering bercerita tentang asal usul Rahtawu,’’ ucap pria 27 tahun itu, Rabu (10/07/2024).

Lewat melukis yang menjadi kegemarannya, Randi mendalami dunia kesenian dan kebudayaan. Kecintaannya itu berawal dari pertemuan dengan seorang seniman realis dengan pendekatan antropologi visual asal Kudus, Indarto Agung Sukmono.

Ia kemudian mendapatkan ide untuk menggabungkan seni visual dengan nilai-nilai kebudayaan pada karyanya.

’’Kebetulan saya lahir dan tinggal di desa yang lekat dengan budaya Jawa. Budaya inikan identitas kita, jadi sebagai anak muda kita harus memastikan agar budaya budaya tersebut tidak hilang, salah satunya lewat sebuah karya visual,’’ kata Randi.

Ia juga mengatakan pentingnya masyarakat sadar akan nilai sebuah kebudayaan. Apalagi tinggal di sebuah desa yang kaya akan tradisi.

Dalam perjalanannya, dirinya sering terlibat dalam kegiatan pelestarian budaya, khususnya di Rahtawu. Hal itu ia lakukan demi membangkitkan semangat budaya anak muda.

Sebagai budayawan sekaligus seniman dirinya ingin menunjukan bahwa budaya tradisional bukanlah sesuatu yang ketinggalan zaman, salah satunya dengan memberi unsur modern agar mudah diterima masyarakat.

’’Saya pernah melakukan uji coba dengan teknologi seperti QR Code di Petilasan Eyang Sakri, disitu nanti akan muncuk sejarah petilasan serta silsilahnya namun, kurang diminati masyarakat, sehingga sekarang ini saya sedang mencoba cara lain yaitu melalui seni Lukis,’’ ujar Randi.

Saat ini, Randi mengabdikan diri sebagai guru Seni Budaya di SMP 3 Satu Atap (Satap) Gebog. Ia pun memanfaatkan profesinya sebagai guru untuk membagikan cerita tentang sejarah Desa Rahtawu serta kebudayaannya kepada murid muridnya.

’’Negara kita ini kaya akan peninggalan sejarah dan kebudayaan yang unik jangan sampai nantinya malah diakui oleh negara lain hanya karena masyarakatnya acuh,’’ pesan Randi.

Penulis: Fitria Dwi Astuti
Editor: Zulkifli Fahmi

 

Komentar