Dalam kompetisi itu kolaborasi mahasiswa Indonesia dan Vietnam atau IndoVie, meraih peringkat kedua atau runner-up di kategori Psikolojide Teknolojik Uygulamasi (Technological Application in Psychology).
Mereka mengembangkan aplikasi smartwatch yang terintegrasi dengan server websocket. Aplikasi ini mampu mendeteksi kondisi panik pengguna melalui data fisiologis tubuh.
Kemudian, alat ini akan memberikan intervensi berupa getaran penenang untuk membantu pengguna mengendalikan kondisi psikologisnya.
Menurut Adhilla Salsabila Putri Artha, salah satu anggota tim, proses menuju final tidaklah mudah.
”Kami harus melewati seleksi ketat, mulai dari seleksi pendahuluan yang mencakup penjelasan singkat tentang proyek, pemaparan masalah, kebaruan (novelty), metodologi, presentasi, hingga pengembangan prototipe secara intensif. Di final, semua kerja keras itu terbayar,” ujarnya.
Menurutnya, manajemen waktu menjadi tantangan besar dalam kompetisi ini. Meski persiapan elah berlangsung sejak Maret 2025, momen kejar-kejaran deadline tetap tak terhindarkan.
”Kita sering berkejaran dengan deadline, misalnya deadline jam 23.59 tapi baru selesai bentuk tim jam 23.57. Bahkan saat submit presentasi untuk final, kami sempat terlambat dan harus meminta perpanjangan waktu yang alhamdulillah akhirnya dikabulkan,” kata Adhilla.
Murianews, Istanbul – Mahasiswa Indonesia berhasil menorehkan prestasi membanggakan di ajang Teknofest 2025 di Atatürk Havalimanı, Istanbul. Tim Indonesia meraih peringkat 2 dan 3 di beberapa kategori ajang yang berlangsung 17-21 September 2025 itu.
Dalam kompetisi itu kolaborasi mahasiswa Indonesia dan Vietnam atau IndoVie, meraih peringkat kedua atau runner-up di kategori Psikolojide Teknolojik Uygulamasi (Technological Application in Psychology).
Mereka mengembangkan aplikasi smartwatch yang terintegrasi dengan server websocket. Aplikasi ini mampu mendeteksi kondisi panik pengguna melalui data fisiologis tubuh.
Kemudian, alat ini akan memberikan intervensi berupa getaran penenang untuk membantu pengguna mengendalikan kondisi psikologisnya.
Menurut Adhilla Salsabila Putri Artha, salah satu anggota tim, proses menuju final tidaklah mudah.
”Kami harus melewati seleksi ketat, mulai dari seleksi pendahuluan yang mencakup penjelasan singkat tentang proyek, pemaparan masalah, kebaruan (novelty), metodologi, presentasi, hingga pengembangan prototipe secara intensif. Di final, semua kerja keras itu terbayar,” ujarnya.
Menurutnya, manajemen waktu menjadi tantangan besar dalam kompetisi ini. Meski persiapan elah berlangsung sejak Maret 2025, momen kejar-kejaran deadline tetap tak terhindarkan.
”Kita sering berkejaran dengan deadline, misalnya deadline jam 23.59 tapi baru selesai bentuk tim jam 23.57. Bahkan saat submit presentasi untuk final, kami sempat terlambat dan harus meminta perpanjangan waktu yang alhamdulillah akhirnya dikabulkan,” kata Adhilla.
Selain IndoVie...
Dua Tim Indonesia Raih Juara 3
Selain IndoVie, dua tim mahasiswa Indonesia lainnya juga meraih Juara 3 di cabang berbeda. Pertama yakni Tim Garuda AI yang beranggotakan mahasiswa Indonesia di berbagai unitersitas Turki.
Tim ini dipimpin Muhammad Abdan Syakura (Ankara University), bersama tiga anggota yakni, Hasri Akbar Awal Rozaq (Gazi University), Darmawan Wicaksono (Social Science University of Ankara), dan Ammar Abdurrauf (Istanbul Technical University).
Mereka berhasil menyabet peringkat ketiga dalam kompetisi Agentic AI Turkish Large Language Model Competition di ajang internasional Teknofest 2025 Istanbul.
Pada kategori Public Technologies, Tim Garuda AI mengembangkan aplikasi HALKA yang merupakan singkatan dari Halk Analizi ve Katılım Ajanı (Agen Analisis dan Partisipasi Publik).
Aplikasi ini mampu mengumpulkan opini masyarakat, menganalisis sentimen publik, serta menyusun masukan berbasis data untuk mendukung kebijakan transparan dan partisipatif.
Inovasi HALKA dinilai unggul karena relevansi sosial yang tinggi, inovasi teknologi melalui integrasi Retrieval-Augmented Generation (RAG) dan Model Context Protocol (MCP), fleksibilitas lintas sektor, serta dampak praktis bagi pemerintahan dan masyarakat.
”Perjalanan ini penuh tantangan, mulai dari teknis superkomputer hingga koordinasi lintas negara. Tapi semua terbayar saat nama Garuda AI diumumkan di podium Teknofest,” ungkap Muhammad Abdan Syakura, kapten tim Garuda AI.
Selanjutnya...
Selanjutnya, Tim Pencipta.art asal Indonesia juga meraih peringkat ketiga di kategori Nsosyal Super App Creathon Yarışması. Tim ini terdiri dari Muhammad Noufal Rizka Ibrahim, Ananda Pradian Arumdapta, dan Bilal Alfa Guldi dari Bartin University.
Di kompetisi itu, Mereka menciptakan Super App dengan fokus desain UI/UX yang mengintegrasikan banyak modul dalam satu aplikasi: transportasi, belanja, makanan, pesan singkat, pembayaran digital, media sosial, dan lainnya.
Mereka juga menyertakan konsep Social Commerce, di mana pengguna bisa melihat produk melalui review dari pengguna lain dan membeli langsung tanpa berpindah aplikasi.
Tim ini menghadapi tantangan dari segi waktu karena kategori lomba baru diumumkan beberapa minggu sebelum batas pendaftaran. Sehingga persiapan terutama penyusunan CV, portofolio, userflow, dan esai singkat dilakukan sangat mepet.
Setelah lolos ke final, mereka diberikan waktu sekitar 36 jam (format hackathon) untuk membuat prototipe di tempat, sambil tetap menjaga kualitas desain dan struktur kerja.
”Selama 36 jam itu kami hanya fokus mengerjakan proyek, termasuk makan dan istirahat di tempat yang sudah disediakan panitia,” ungkap Noufal.
Jawab Tantangan Global...
Citra Mahasiswa Indonesia di Panggung Dunia
Prestasi di Teknofest ini menegaskan kapasitas mahasiswa Indonesia dalam menjawab tantangan global melalui inovasi teknologi.
Baik lewat aplikasi kesehatan mental, sistem partisipasi publik berbasis AI, maupun desain super app yang terintegrasi, semua karya tersebut menunjukkan kreativitas, adaptasi, dan kualitas intelektual generasi muda bangsa.
Pencapaian ini bukan sekadar membawa nama baik Indonesia di ajang internasional, tetapi juga membuktikan mahasiswa Indonesia siap bersaing dan berkontribusi dalam pengembangan teknologi dunia. (nad)