Sirine 'Nguk' yang Dinanti Warga Blora saat Ramadan Ternyata Peninggalan Belanda
Nathan
Rabu, 29 Maret 2023 17:21:45
Di wilayah perkotaan Kabupaten Blora, sirine di Kompleks Pendapa Rumah Dinas Bupati jadi salah satu andalan warga untuk mengetahui waktu puasa. Menariknya, sirine tersebut merupakan peninggalan Belanda.
Salah satu petugas yang menyalakan sirine, Fajardika mengatakan, awalnya, sirine itu berfungsi sebagai pertanda datangnya serangan musuh.
Baca: 107 ASN di Blora Terima SK Pensiun, Dua di Antaranya KadinasKini, sirine itu beralih fungsi sebagai penanda berbuka puasa. Hanya saja, durasi penggunaannya sudah tak selama dulu.
’’Dibunyikan selama kurang lebih dua menit, karena kalau terlalu lama bisa
konslet (korsleting) atau terbakar,’’ ucapnya Rabu (29/3/2023).
Kasubbag Rumah Tangga Setda Kabupaten Blora Sukandar mengatakan, sirine itu mulai dijadikan penanda buka puasa dan imsak sejak tahun 1979. Tiang sirine itu tingginya 15 meter dan terbuat dari besi. Bagian atasnya berbentuk bulat yang berisi sejumlah kumparan.
’’Ini (waktu) zaman belanda ya suaranya kuat sekali namun sekarang karena termakan usia sehingga kekuatannya sudah berkurang,’’ jelasnya.
Baca: Korban Kebakaran di Jati Blora Dapat Bantuan PMISuara sirine itu pun hanya bisa terdengar sekitar 5 km saja. Padahal awalnya suara sirine tersebut bisa terdengar sampai sejauh 15 km lebih.
Bahkan, ada yang menyebut, suara sirine dari Pendapa Rumah Dinas Bupati itu dulunya terdengar sampai Kecamatan Tunjungan.Semakin jauh dan sepinya suasana desa konon suara sirine itu semakin jelas terdengar, namun karena termakan usia suara sirine ini semakin melemah dan hanya terdengar beberapa kilometer saja dari titik lokasi.’’Dulu bunyinya cukup keras dan sampai terdengar di beberapa kecamatan sekitar kota Blora. Seiring jalannya waktu suaranya tahun mulai melemah,’’ ujarnya.Meski begitu, Pemkab Blora terus memeriksa kondisi sirine tersebut. Lebih lagi, saat Ramadan seperti kali ini.’’Saat ini kami terus melakukan pelestarian dengan mengecek secara rutin sehingga setiap Ramadan tetap bisa digunakan sebagai tanda berbuka puasa,’’ jelasnya.Keberadaan sirine di kompleks Pendapa Rumah Dinas Bupati Blora itu telah membantu warga sekitar. Salah satunya Adi Satriyo. Ia mengatakan suara sirine peninggalan Belanda itu jadi salah satu ciri khas nuansa Ramadan di Blora.’’Bunyi sirine ini selalu mendahului suara adzan maghrib dari masjid manapun di Blora. Jadi masyarakat tahu jika sudah waktunya berbuka,’’ ungkapnya. Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Blora – Suara sirine ''nguk'' tanda waktu imsak dan berbuka puasa jadi akrab ditelinga saat Ramadan. Sirine itu biasanya dinyalakan di masjid atau musala sebuah perkampungan.
Di wilayah perkotaan Kabupaten Blora, sirine di Kompleks Pendapa Rumah Dinas Bupati jadi salah satu andalan warga untuk mengetahui waktu puasa. Menariknya, sirine tersebut merupakan peninggalan Belanda.
Salah satu petugas yang menyalakan sirine, Fajardika mengatakan, awalnya, sirine itu berfungsi sebagai pertanda datangnya serangan musuh.
Baca: 107 ASN di Blora Terima SK Pensiun, Dua di Antaranya Kadinas
Kini, sirine itu beralih fungsi sebagai penanda berbuka puasa. Hanya saja, durasi penggunaannya sudah tak selama dulu.
’’Dibunyikan selama kurang lebih dua menit, karena kalau terlalu lama bisa
konslet (korsleting) atau terbakar,’’ ucapnya Rabu (29/3/2023).
Kasubbag Rumah Tangga Setda Kabupaten Blora Sukandar mengatakan, sirine itu mulai dijadikan penanda buka puasa dan imsak sejak tahun 1979. Tiang sirine itu tingginya 15 meter dan terbuat dari besi. Bagian atasnya berbentuk bulat yang berisi sejumlah kumparan.
’’Ini (waktu) zaman belanda ya suaranya kuat sekali namun sekarang karena termakan usia sehingga kekuatannya sudah berkurang,’’ jelasnya.
Baca: Korban Kebakaran di Jati Blora Dapat Bantuan PMI
Suara sirine itu pun hanya bisa terdengar sekitar 5 km saja. Padahal awalnya suara sirine tersebut bisa terdengar sampai sejauh 15 km lebih.
Bahkan, ada yang menyebut, suara sirine dari Pendapa Rumah Dinas Bupati itu dulunya terdengar sampai Kecamatan Tunjungan.
Semakin jauh dan sepinya suasana desa konon suara sirine itu semakin jelas terdengar, namun karena termakan usia suara sirine ini semakin melemah dan hanya terdengar beberapa kilometer saja dari titik lokasi.
’’Dulu bunyinya cukup keras dan sampai terdengar di beberapa kecamatan sekitar kota Blora. Seiring jalannya waktu suaranya tahun mulai melemah,’’ ujarnya.
Meski begitu, Pemkab Blora terus memeriksa kondisi sirine tersebut. Lebih lagi, saat Ramadan seperti kali ini.
’’Saat ini kami terus melakukan pelestarian dengan mengecek secara rutin sehingga setiap Ramadan tetap bisa digunakan sebagai tanda berbuka puasa,’’ jelasnya.
Keberadaan sirine di kompleks Pendapa Rumah Dinas Bupati Blora itu telah membantu warga sekitar. Salah satunya Adi Satriyo. Ia mengatakan suara sirine peninggalan Belanda itu jadi salah satu ciri khas nuansa Ramadan di Blora.
’’Bunyi sirine ini selalu mendahului suara adzan maghrib dari masjid manapun di Blora. Jadi masyarakat tahu jika sudah waktunya berbuka,’’ ungkapnya.
Editor: Zulkifli Fahmi