Kekeringan di Blora Berlanjut, 481 Ribu Jiwa Terdampak
Nathan
Senin, 7 Oktober 2024 12:21:00
Murianews, Blora – Meski hujan sudah turun disejumlah wilayah di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, namun bencana kekeringan dan krisis air bersih belum usai. BPBD Blora mencatat jumlah warga terdampak kekeringan mencapai 481.149 jiwa.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik (Darlog) BPBD Blora Abdul Mukhid menyatakan, seluruh wilayah di 16 kecamatan masih mengalami krisis air bersih. Kekeringan tersebar di 16 kecamatan, meliputi Blora Kota, Jepon, Jiken, Jati, Randublatung, Ngawen, Tunjungan, Kunduran, Todanan, Cepu, Banjarejo, Bogorejo, Sambong, Japah, Kedungtuban dan Kradenan.
"Dari 16 kecamatan itu, dari data yang ada di BPBD Blora ada 196 desa yang dilaporkan mengalami krisis air. Jumlah tersebut lebih banyak daripada tahun lalu yang hanya 185 desa," ujarnya, Senin (07/10/2024).
Kekeringan tersebut berdampak pada 481.149 jiwa. Data tersebut diperoleh berdasarkan laporan kasi ketentraman dan ketertiban setiap kecamatan.
"Data itu kami kumpulkan untuk melakukan upaya droping air di sejumlah desa atau kelurahan yang terparah. Data yang disetorkan itu akan bertambah dan berkurang setiap waktu sesuai dengan kondisi air di daerah itu," ucapnya.
Bencana kekeringan ini diperkirakan masih akan terus terjadi, BPBD Blora, relawan dan pegiat kemanusiaan masih akan terus melakukan kegiatan droping air bersih. Itu akan dilakukan sampai musim penghujan mulai berlangsung.
"Sampai saat ini belum ada rapat, koordinasi dan komunikasi terkait kemungkinan berakhirnya musim kemarau. Kami harap masyarakat Blora terus bersabar dan berdoa untuk bencana kekeringan itu segera usai," pungkasnya.
Suntarno, salah satu warga Blora mengatakan saat ini masih membutuhkan bantuan air bersih, mengingat hingga kini kekeringan masih terjadi. Sumber air yang berada disumurnya belum cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
"ya meski sudah ada hujan turun, namun air belum cukup untuk kebutuhan sehari hari," tuturnya.
Suntarno menyampaikan terimakasih atas bantuan air bersih yang sudah diberikan oleh sejumlah pihak kepada kami. Dirinya berharap kekeringan bisa segera berakhir.
“terimakasih kasih atas bantuan airnya, ini sudah empat bulan kami mengalami kesulitan air akibat kemarau dan biasanya kami ambil air jaraknya cukup jauh,” pungkasnya.
Editor: Budi Santoso
Murianews, Blora – Meski hujan sudah turun disejumlah wilayah di Kabupaten Blora, Jawa Tengah, namun bencana kekeringan dan krisis air bersih belum usai. BPBD Blora mencatat jumlah warga terdampak kekeringan mencapai 481.149 jiwa.
Kepala Seksi Kedaruratan dan Logistik (Darlog) BPBD Blora Abdul Mukhid menyatakan, seluruh wilayah di 16 kecamatan masih mengalami krisis air bersih. Kekeringan tersebar di 16 kecamatan, meliputi Blora Kota, Jepon, Jiken, Jati, Randublatung, Ngawen, Tunjungan, Kunduran, Todanan, Cepu, Banjarejo, Bogorejo, Sambong, Japah, Kedungtuban dan Kradenan.
"Dari 16 kecamatan itu, dari data yang ada di BPBD Blora ada 196 desa yang dilaporkan mengalami krisis air. Jumlah tersebut lebih banyak daripada tahun lalu yang hanya 185 desa," ujarnya, Senin (07/10/2024).
Kekeringan tersebut berdampak pada 481.149 jiwa. Data tersebut diperoleh berdasarkan laporan kasi ketentraman dan ketertiban setiap kecamatan.
"Data itu kami kumpulkan untuk melakukan upaya droping air di sejumlah desa atau kelurahan yang terparah. Data yang disetorkan itu akan bertambah dan berkurang setiap waktu sesuai dengan kondisi air di daerah itu," ucapnya.
Bencana kekeringan ini diperkirakan masih akan terus terjadi, BPBD Blora, relawan dan pegiat kemanusiaan masih akan terus melakukan kegiatan droping air bersih. Itu akan dilakukan sampai musim penghujan mulai berlangsung.
"Sampai saat ini belum ada rapat, koordinasi dan komunikasi terkait kemungkinan berakhirnya musim kemarau. Kami harap masyarakat Blora terus bersabar dan berdoa untuk bencana kekeringan itu segera usai," pungkasnya.
Suntarno, salah satu warga Blora mengatakan saat ini masih membutuhkan bantuan air bersih, mengingat hingga kini kekeringan masih terjadi. Sumber air yang berada disumurnya belum cukup untuk kebutuhan sehari-hari.
"ya meski sudah ada hujan turun, namun air belum cukup untuk kebutuhan sehari hari," tuturnya.
Suntarno menyampaikan terimakasih atas bantuan air bersih yang sudah diberikan oleh sejumlah pihak kepada kami. Dirinya berharap kekeringan bisa segera berakhir.
“terimakasih kasih atas bantuan airnya, ini sudah empat bulan kami mengalami kesulitan air akibat kemarau dan biasanya kami ambil air jaraknya cukup jauh,” pungkasnya.
Editor: Budi Santoso