Tak hanya itu, Blora juga telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang Fasilitasi Pengembangan Pesantren. Beleid itu terdaftar dengan Nomor 16 Tahun 2022 atau Perda 16 Tahun 2022.
Dengan Perda itu, Tri Yuli Setyowati berharap Pemkab mampu memfasilitasi peningkatan kualitas Ponpes dalam pengembangan fungsi pendidikan, dakwah dan pemberdayaan masyarakat.
Di kesempatan itu, Tri Yuli Setyowati menyampaikan terima kasih pada Pemprov Jateng yang telah memilih Blora sebagai tuan rumah Hari Santri Nasional 2024 tingkat Jateng.
Murianews, Blora – Kabupaten Blora, Jawa Tengah ternyata bisa dibilang merupakan kota santri. Sebab, ada ratusan pondok pesantren (Ponpes) dengan ribuan santri.
Itu diungkapkan Plt Bupati Blora Tri Yuli Setyowati dalam acara peringatan Hari Santri Nasional 2024. Dalam sambutannya di pembukaan pameran HSN 2024 di Lapangan Kridosono Blora, ia mengatakan ada 113 ponpes di Blora dengan 9.707 santri.
Tak hanya itu, Blora juga telah memiliki Peraturan Daerah (Perda) tentang Fasilitasi Pengembangan Pesantren. Beleid itu terdaftar dengan Nomor 16 Tahun 2022 atau Perda 16 Tahun 2022.
Dengan Perda itu, Tri Yuli Setyowati berharap Pemkab mampu memfasilitasi peningkatan kualitas Ponpes dalam pengembangan fungsi pendidikan, dakwah dan pemberdayaan masyarakat.
’’Semoga besarnya potensi santri di Kabupaten Blora dan keberadaan Perda ini membawa manfaat dan berkah untuk kita semua,’’ pungkasnya.
Di kesempatan itu, Tri Yuli Setyowati menyampaikan terima kasih pada Pemprov Jateng yang telah memilih Blora sebagai tuan rumah Hari Santri Nasional 2024 tingkat Jateng.
Sementara itu, Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi Jawa Tengah, Ema Rachmawati mengatakan para santri selama ini memiliki potensi ekonomi yang besar.
Hanya saja, selama ini gerakannya belum maksimal atau dioptimalkan. Dengan Pameran UMKM yang diselenggarakan di peringatan Hari Santri Nasional, ia berharap dapat menjadi pemacu santri untuk menampilkan produknya.
’’Harapan kita, dengan adanya pameran ini supaya bisa memicu UKM yang santri maupun dari pondok pesantren itu bisa menampilkan produknya,’’ ucapnya.
Menurutnya dengan menampilkan produknya, paling tidak orang mengenal produk-produk pesantren.
Nanti akan bisa kelihatan, misalnya dari Dinas Koperasi UKM, seperti kurang P-IRT, atau kurang apa, sehingga nanti kita bisa menentukan pola pembinaan untuk pesantren atau produk-produk santri ini.
’’Dengan demikian melalui pamerann ini diharapkan pula memunculkan produk-produk dari pesantren,’’ jelasnya.
