Bermodalkan tekad dan ketekunan, mahasiswa semester lima Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu, jurusan Teknik Mesin ini, mengelola 17 kolam bioflok yang tersebar di halaman rumah dan area persawahan milik keluarganya.
Meski sibuk dengan kegiatan kuliah, Anindita tetap menyempatkan diri merawat ribuan ikan nila yang menjadi sumber penghasilannya. Usaha kerasnya berkembang pesat hingga mampu menghasilkan omzet jutaan rupiah setiap kali panen.
“Saya mulai tahun 2023. Awalnya budidaya lele, tapi di Blora sudah banyak yang ternak lele. Akhirnya saya pilih ikan nila karena masih jarang dan permintaannya tinggi,” ujarnya.
Tidak hanya sekadar memilih komoditas yang tepat, Anindita juga menerapkan sistem bioflok, metode budidaya modern yang memanfaatkan mikroba untuk menjaga kualitas air sekaligus menekan biaya pakan. Menariknya, seluruh ilmu tersebut ia pelajari secara otodidak dari berbagai sumber digital.
“Sekarang belajar itu mudah. Saya belajar dari YouTube, TikTok, Google, bahkan AI. Asal ada kemauan, semua bisa,” katanya sambil tersenyum.
Dalam satu siklus budidaya selama tiga hingga empat bulan, setiap kolam miliknya mampu menghasilkan 2–3 kuintal ikan nila. Bahkan dari kolam ikan di area sawah hasilnya bisa mencapai 4–5 kuintal. Selain menjual ikan Nila konsumsi, Anindita juga memasarkan bibit ikan nila secara daring melalui media sosial.
Murianews, Blora – Siapa sangka, halaman rumah sederhana di Desa Palon, Kecamatan Jepon, Kabupaten Blora, menjadi saksi lahirnya inovasi anak muda dalam bidang perikanan. Di sana, Anindita Ravi Pamungkas, pemuda berusia 20 tahun, berhasil mengembangkan budidaya ikan nila dengan sistem bioflok.
Bermodalkan tekad dan ketekunan, mahasiswa semester lima Sekolah Tinggi Teknologi Ronggolawe (STTR) Cepu, jurusan Teknik Mesin ini, mengelola 17 kolam bioflok yang tersebar di halaman rumah dan area persawahan milik keluarganya.
Meski sibuk dengan kegiatan kuliah, Anindita tetap menyempatkan diri merawat ribuan ikan nila yang menjadi sumber penghasilannya. Usaha kerasnya berkembang pesat hingga mampu menghasilkan omzet jutaan rupiah setiap kali panen.
“Saya mulai tahun 2023. Awalnya budidaya lele, tapi di Blora sudah banyak yang ternak lele. Akhirnya saya pilih ikan nila karena masih jarang dan permintaannya tinggi,” ujarnya.
Tidak hanya sekadar memilih komoditas yang tepat, Anindita juga menerapkan sistem bioflok, metode budidaya modern yang memanfaatkan mikroba untuk menjaga kualitas air sekaligus menekan biaya pakan. Menariknya, seluruh ilmu tersebut ia pelajari secara otodidak dari berbagai sumber digital.
“Sekarang belajar itu mudah. Saya belajar dari YouTube, TikTok, Google, bahkan AI. Asal ada kemauan, semua bisa,” katanya sambil tersenyum.
Dalam satu siklus budidaya selama tiga hingga empat bulan, setiap kolam miliknya mampu menghasilkan 2–3 kuintal ikan nila. Bahkan dari kolam ikan di area sawah hasilnya bisa mencapai 4–5 kuintal. Selain menjual ikan Nila konsumsi, Anindita juga memasarkan bibit ikan nila secara daring melalui media sosial.
Harga Ikan Nila...
Harga ikan nila hasil panennya pun bervariasi. Untuk penjualan eceran, ia mematok harga Rp 33.000 per kilogram. Sedangkan untuk partai besar Rp 30.000 per kilogram. Sekali panen, Anindita mampu meraup omzet antara Rp 3 juta hingga Rp 15 juta, tergantung jumlah kolam yang dipanen.
“Masih untung. Nanti bisa dihitung dari HPP-nya, biaya listrik, pakan, dan lainnya. Kalau dikelola dengan baik, hasilnya tetap menguntungkan,” jelasnya.
Kisah inspiratif pemuda Palon inni akhirnya menarik perhatian Bupati Blora H Arief Rohman. Berikutnya bersama Ketua TP PKK Kabupaten Blora, Hj Ainia Shalehah, serta jajaran Dinas P4, berkunjung langsung ke rumah Anindita di Desa Palon. Melihat kolam bioflok yang tertata rapi berisi ikan Nila, Bupati Arief mengungkapkan rasa bangga atas inovasi pemuda tersebut.
“Saya salut dan bangga. Satu lagi petani milenial dari Blora yang di usia muda sudah berinovasi membudidayakan ikan nila modern. Semoga kisahnya menginspirasi pemuda lain di Blora,” ujarnya.
Bupati Blora juga menegaskan komitmen pemerintah daerah dalam mendukung wirausaha muda melalui pelatihan, bantuan bibit, pendampingan, dan akses permodalan. Pemkab Blora akan mendorong usaha serupa bisa diadopsi oleh generasi muda lainnya.
“Kita akan terus dorong agar semakin banyak anak muda seperti Anindita ini. Mereka bukan hanya menciptakan lapangan kerja, tapi juga membawa perubahan untuk desa,” tambahnya.
Ketua TP PKK Blora, Hj. Ainia Shalehah, turut memberikan apresiasi budidaya ikan Nila yang dikembangkan Anindita ini. Hal seperti ini harus bisa menjadi contoh bagi masyaraka Blora yang lain.
“Anindita ini contoh nyata bahwa teknologi bisa menjadi kunci sukses di desa. Dengan semangat belajar dan kerja keras, ia membuka peluang bagi dirinya sendiri dan masyarakat sekitar,” tuturnya.
Dengan semangat belajar dan inovasi, Anindita membuktikan bahwa kesuksesan bisa lahir dari mana saja. Bahkan dari kolam terpal di halaman rumah, budidaya ikan Nila yang kembangkannya memberi peluang usaha yang bagus.
Editor: Budi Santoso