Rabu, 19 November 2025

Murianews, Kudus – Sekretaris Umum (Sekum) Pengurus Pusat (PP) Muhammadiyah Prof Dr Abdul Mu’ti menjadi imam dan khatib dalam salat Idulfitri di Stadion Wergu Wetan Kudus, Rabu (10/4/2024). Dalam paparannya, Abdul Mu’ti menjelaskan bahwa Idulfitri merupakan pengganti dua hari raya dalam tradisi Arab.

”Perayaan Idulfitri merupakan tanda syukur setelah Ramadan. Idulfitri juga syariat di mana Islam mengubah tradisi Arab, yang sebelumnya mereka punya tradisi memiliiki dua hari raya, Nairuz dan Mahrajan, yang tradisi itu merupakan warisan tradisi Persia kuno,” jelasnya.

Mu’ti memaparkan, mereka merayakan tradisi itu dengan pestapora, bemabuk-mabukan, menari-menari. Kemudian dengan berbagai adu ketangkasan dan berbagai bentuk poya-poya lainnya.

Islam, lanjutnya, mengubah tradisi itu dengan perayaan Idulfitri, di mana umat Islam diberikan tuntutan untuk bergembira, suka cita, tentu sesuai dengan tuntutan, yang telah diberikan Allah dan disunahkan oleh Rasul.

Diriwayatkan dalam Fiqhus Sunah Sayyid Sabiq, ujar Mu’ti, setelah selesai menunaikan salat Idulfitri, Rasulullah dan para sahabat saling mengucapkan ’taqobbalallahu minna waminkum’.

Mu’ti kemudian menjelaskan bahwa ungkapakan minal aidin walfaizin yang biasa diucapkan bangsa Indonesia, menurut beberapa sumber berasal dari penyair Andalusia bernama Shafiyuddin al-Huli.

”Yang dia mempopulerkan syair itu, syair merupakan dendang para wanita di Andalusia saat merayakan hari raya,” jelasnya.

Lebih lanjut, Mu’ti mengungkapkan, Islam pernah berjaya di Spanyol, atau yang dulu disebut Andalusia, yakni pada tahun 711-1492 Mladyah. Dengan kata lain, sekitar delapan abad, Islam menguasai Spanyol.

”Hampir 8 abad, Islam menguasai Spanyol dan menerangi dunia dengan peradaban yang utama,” ujarnya.

Mu’ti memaparkan, Idulfitri secara bahasa dan fiqih, artinya kembali makan. Pada Hari Raya Idulfitri, makan merupakan sunah.

”Dan kita disunahkan berpakaian yang bagus, mengumandangkan takbir, dan menunaikan salat. Idulfitri juga berarti kembali fitri, perayaan manusia atas kemenangan mengendalikan hawa nafsu dan meninggalkan sifat-sifat yang tercela,” ucapnya.

Dia menuturkan, sesuai fitrahnya, Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang sempurna. Manusia merupakan makhluk jasmani dan rohani. Manusia adalah makhuk basyariyah dan insaniyah.

”Sebagai makhluk jasmani, manusia diberikan fisik dan yang melekat dalam jasmani. Sesuai fitrohnya, manusia diciptakan dalam bentuk yang sempurna,” ungkapnya.

Sebagai makhluk rohani, manusia memiliki fitroh, di antara fitroh rohaniah manusia itu adalah fitroh beragama.

”Fitroh manusia meliputi dua hal, yakni manusia yang beragama Islam dan memiliki kecenderungan senantiasa beragama yang lurus, yang adil, beragama yang benar,” katanya.

Editor: Dani Agus

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler