Kabid Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian (Dispertan) Grobogan Pujiyono menerangkan, menilik hasil tahun lalu, para petani yang tanam lebih awal mendapat harga jual lebih tinggi saat panen.
’’Pengalaman tahun lalu harga GKP (gabah kering panen) bisa mencapai Rp 7.500 - Rp 7.800 per kilogram. Normalnya dihargai Rp 6.500 - Rp 6.700 perkilogram,’’ terangnya, Jumat (4/10/2024).
Karenanya, pihaknya pun menggencarkan sosialisasi percepatan musim tanam kepada para petani.
Dia menambahkan, pihaknya sudah menerjunkan tim untuk menyosialisasikan percepatan tanam ke-19 Balai Penyuluhan Petani se-Kabupaten Grobogan.
Dalam percepatan musim tanam ini, para petani diminta untuk mulai menanam padi sejak September. Meski demikian, karena berbagai kendala, penanaman padi baru bisa dilakukan pada awal hingga pertengahan Oktober ini.
Murianews, Grobogan – Para petani di Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah didorong untuk mempercepat musim tanam. Sebab, diprediksi akan lebih menguntungkan alias lebih cuan.
Kabid Tanaman Pangan pada Dinas Pertanian (Dispertan) Grobogan Pujiyono menerangkan, menilik hasil tahun lalu, para petani yang tanam lebih awal mendapat harga jual lebih tinggi saat panen.
’’Pengalaman tahun lalu harga GKP (gabah kering panen) bisa mencapai Rp 7.500 - Rp 7.800 per kilogram. Normalnya dihargai Rp 6.500 - Rp 6.700 perkilogram,’’ terangnya, Jumat (4/10/2024).
Karenanya, pihaknya pun menggencarkan sosialisasi percepatan musim tanam kepada para petani.
Dia menambahkan, pihaknya sudah menerjunkan tim untuk menyosialisasikan percepatan tanam ke-19 Balai Penyuluhan Petani se-Kabupaten Grobogan.
Dalam percepatan musim tanam ini, para petani diminta untuk mulai menanam padi sejak September. Meski demikian, karena berbagai kendala, penanaman padi baru bisa dilakukan pada awal hingga pertengahan Oktober ini.
Dia mengungkapkan, percepatan musim tanam hanya bisa diterapkan di wilayah yang sumber airnya bisa disiasati. Misalnya di sepanjang sungai Lusi, Sungai Serang, dan Sungai Tuntang, terutama yang memiliki pompa.
Dia menjelaskan, beberapa daerah yang dilintasi aliran sungai itu, yakni Desa Jatilor Kecamatan Godong, Desa Ngeluk Kecamatan Penawangan, Rowosari Kecamatan Gubug sudah mulai nyebar benih.
’’Desa seperti Krongen, Menduran, dan Lemahputih di Kecamatan Brati, dan Desa Karangasem Kecamatan Wirosari juga sama. Mulai tanam pekan depan,’’ imbuhnya.
Adapun untuk sawah dengan sistem tadah hujan di lahan kering, hingga kini belum ada tanda-tanda segera memasuki masa tanam.
Puji mengungkapkan percepatan tanam masih terkendala sumber air karena waduk Kedungombo baru dibuka pada 15 Oktober 2024 mendatang.
Sementara itu, Kepala Dispertan Grobogan Sunanto menjelaskan, saat ini kebutuhan panen nasional sedang dikebut. Sebab, target ketersediaan pangan diprediksi belum bisa terpenuhi.
Oleh sebab itulah petani diminta untuk mulai menanam di bulan September-Oktober agar bisa segera dipanen di bulan Desember-Januari.
Sunanto menambahkan, progtam peecepatan tanam didorong bukan hanya di Grobohan, melainkan di seluruh Indonesia. Untuk Grobogan sendiri, kata dia, percepatan tanam ditarget di kisaran 10 ribu hektar.
’’Targetnya 10 ribu hektat di sepanjang sungai Lusi, sungai Serang dan sungai Tuntang dengan estimasi produksinya kisaran 60 ribu ton,’’ bebernya.
Sunanto menjelaskan, kebutuhan pangan untuk Grobogan sendiri sudah surplus. Dengan jumlah penduduk 1,5 juta orang dan asumsi produksi beras 150 kilogram per kapita, total kebutuhan sekitar 150 ribu ton.
Sedangkan produksi padi petani Grobogan mencapai 800 ribu ton dan bila dikonversi menjadi beras bisa mencapai 550 ribu ton.
’’Produksi beras bisa mencapai 550 ribu ton, sedangkan kebutuhan di kisaran 150 ribh ton. Jadi masih sisa 400 ribu ton untuk menyumbang lumbung pangan nasional,’’ tandasnya.
Editor: Zulkifli Fahmi