Kepala Dinas Ketahanan Pangan Daerah (DKPD) Grobogan Suwarno membeberkan, penyaluran dipastikan telah rampung sepenuhnya. Bantuan yang disalurkan melalui Bulog itu totalnya sekitar 2.900 ton.
”Sudah selesai, dan sudah diterima sesuai dengan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) tahun 2025 sebanyak 141.739 keluarga penerima manfaat (KPM),” ujar dia, Kamis (14/8/2025).
Ia memaparkan, memang ada beberapa evaluasi dalam penyalurannya. Antara lain terkait aplikasi perekam data yang dianggap lambat.
”Penyaluran lancar. Tapi karena menggunakan aplikasi yang digunakan seluruh Indoensia, rekam datanya agak lambat,” imbuhnya.
Suwarno memaparkan, selain itu ada pula perubahan regulasi. Dulu, sistem penyaluran beras pemerintah memakai transporter pemenang tender, namun sekarang berbeda.
”Regulasi sistemnya berubah-ubah. Dulu pakai transporter pemenang ternder, penyaluran tetap melalui Bulog. Tahun ini, harus pakai aplikasi Bulog,” katanya.
Lebih lanjut, ia memaparkan, bantuan dalam program Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) itu diberikan menyusul melonjaknya harga beras di pasaran. Dalam data DKPD Grobogan, harga beras medium berada di kisaran Rp 13.000-Rp 13.500 per kilogram, sementara beras premium mencapai Rp 14.500-Rp 14.900 per kilogram.
Murianews, Grobogan – Penyaluran Bantuan Beras Pemerintah (BBP) di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah diklaim telah mencapai 100 persen. Kendati demikian, ada beberapa evaluasi terkait penyalurannya.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan Daerah (DKPD) Grobogan Suwarno membeberkan, penyaluran dipastikan telah rampung sepenuhnya. Bantuan yang disalurkan melalui Bulog itu totalnya sekitar 2.900 ton.
”Sudah selesai, dan sudah diterima sesuai dengan Data Tunggal Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) tahun 2025 sebanyak 141.739 keluarga penerima manfaat (KPM),” ujar dia, Kamis (14/8/2025).
Ia memaparkan, memang ada beberapa evaluasi dalam penyalurannya. Antara lain terkait aplikasi perekam data yang dianggap lambat.
”Penyaluran lancar. Tapi karena menggunakan aplikasi yang digunakan seluruh Indoensia, rekam datanya agak lambat,” imbuhnya.
Suwarno memaparkan, selain itu ada pula perubahan regulasi. Dulu, sistem penyaluran beras pemerintah memakai transporter pemenang tender, namun sekarang berbeda.
”Regulasi sistemnya berubah-ubah. Dulu pakai transporter pemenang ternder, penyaluran tetap melalui Bulog. Tahun ini, harus pakai aplikasi Bulog,” katanya.
Lebih lanjut, ia memaparkan, bantuan dalam program Stabilitasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) itu diberikan menyusul melonjaknya harga beras di pasaran. Dalam data DKPD Grobogan, harga beras medium berada di kisaran Rp 13.000-Rp 13.500 per kilogram, sementara beras premium mencapai Rp 14.500-Rp 14.900 per kilogram.
Harga gabah mahal...
Dipaparkannya, kenaikan tersebut dipicu oleh mahalnya harga gabah kering panen (GKP) yang di tingkat petani yang tembus Rp 7.200 per kilogram. Angka itu melampaui Harga Pokok Penjualan (HPP) sebesar Rp 6.500.
Suwarno menyebut, harga gabah kering giling (GKG) di penggilingan kini mencapai Rp 8.500-Rp 9.000, lebih tinggi dari HPP pemerintah di kisaran Rp 8.000-Rp 8.200.
Disebutnya, meskipun harga gabah yang tinggi menguntungkan petani, namun hal itu turut mendorong harga beras melonjak.
Editor: Cholis Anwar