Mengangkat tema ”Manusia Bukan Sumber Kebenaran,” acara ini mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk sama-sama bermuhasabah (introspeksi diri).
Penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Baasyin, menyoroti banyaknya perubahan luar biasa di kalangan masyarakat yang cenderung menuding pihak lain tanpa melihat masalah secara utuh. Ia memberi perumpamaan bijak khas Jawa:
”Padahal kalau di Jawa satu jari menuding ke orang lain, empat lainnya menuding ke diri sendiri,” sentil Anis.
”Pengetahuan kita yang dianggap benar belum tentu sumber kebenaran itu sendiri,” ujarnya.
Budayawan asal Pati ini menjelaskan reaksi dan persepsi manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya.
Seseorang bisa jadi menyalahkan sesuatu hanya karena hal itu tidak dekat dengan budaya atau sudut pandangnya, sebuah kondisi yang disebut sebagai bias kognitif.
Murianews, Pati – Ngaji NgAllah Suluk Maleman edisi ke-167 pada Sabtu (15/11/2025) mengangkat isu yang tengah menjadi keresahan publik, yakni maraknya fenomena mengumbar kebencian, terutama di media sosial.
Mengangkat tema ”Manusia Bukan Sumber Kebenaran,” acara ini mengajak seluruh lapisan masyarakat untuk sama-sama bermuhasabah (introspeksi diri).
Penggagas Suluk Maleman, Anis Sholeh Baasyin, menyoroti banyaknya perubahan luar biasa di kalangan masyarakat yang cenderung menuding pihak lain tanpa melihat masalah secara utuh. Ia memberi perumpamaan bijak khas Jawa:
”Padahal kalau di Jawa satu jari menuding ke orang lain, empat lainnya menuding ke diri sendiri,” sentil Anis.
Anis begitu prihatin melihat adanya orang yang memaki kiai dan tokoh agama, mengingatkan agar tidak ada yang merasa benar sendiri.
”Pengetahuan kita yang dianggap benar belum tentu sumber kebenaran itu sendiri,” ujarnya.
Budayawan asal Pati ini menjelaskan reaksi dan persepsi manusia sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan budaya.
Seseorang bisa jadi menyalahkan sesuatu hanya karena hal itu tidak dekat dengan budaya atau sudut pandangnya, sebuah kondisi yang disebut sebagai bias kognitif.
Kebencian Hilangkan Kebenaran...
”Minimnya pengetahuan anda yang menampakkan salah. Kita tidak bisa menyentuh kebenaran kalau anda tidak dibersihkan,” terang Anis.
Anis juga menyoroti ketidakadilan dalam menilai lembaga keagamaan seperti pesantren, di mana kesalahan yang dilakukan oleh segelintir individu (Gus) justru membuat seluruh institusi dituding.
”Padahal di semua lembaga selalu ada orang bermasalah,” katanya.
Di akhir dialog, Anis mengingatkan jamaah mengenai penyakit hati yang merupakan tantangan terberat manusia. Ia menekankan bahwa kebenaran justru bisa hilang akibat kebencian.
”Maka sebaiknya jangan pernah kita merasa benar sendiri... Jangan sampai ngomong kafir dan munafik ke orang lain; sambil menilai diri sendiri sebagai mukmin,” pungkas Anis.
Acara yang menarik ini dihadiri ratusan warga baik secara daring maupun langsung di Rumah Adab Indonesia Mulia, dan dimeriahkan oleh penampilan musik Sampak GusUran.