Rabu, 19 November 2025


Alhasil, ratusan warga memadati bantaran Sungai Tayu saat prosesi larung kepala kerbau. Mereka ingin melihat secara dekat tradisi yang sudah ada sejak zaman kolonial ini.

Sebelum larung kepala kerbau dilakukan, masyarakat Desa Sambiroto mengadakan manakib atau doa bersama pada Sabtu (29/4/2023) malam. Mereka meminta kepada Allah SWT agar diberikan keselamatan dan kelancaran rezeki.

Baca: Larung Kepala Kerbau, Lomban Kupatan Tayu Dibuka Wakil Bupati Pati

Sabtu paginya, sebelum melarung kepala kerbau, warga terlebih dahulu melarung kepala kambing di sekitar Jembatan Tayu. Setelah itu, siangnya disambung karnaval dan larung kepala kerbau di Sungai Tayu.

Total, ada 14 kelompok yang memeriahkan karnaval Lomban Sungai Tayu. Berbagai kesenian ditampilkan. Mulai dari drumband, tarian hingga atraksi pencak silat dari Persaudaraan Setia Hati Winongo.

Mereka mengelilingi Desa Sambiroto dan berakhir di TPI Sambiroto. Kepala kerbau pun ikut diarak dalam karnaval itu. Kepala kerbau tersebut diletakkan di miniatur perahu yang sudah dihias dengan janur dan ketupat.

Sesampainya di TPI Sambiroto, kepala desa beserta pejabat Pemkab Pati dan TNI-Polri membawa kepala kerbau dengan perahu sampan ke muara sungai. Di muara Sungai Tayu, kepala kerbau dilarungkan.

Katua Panitia, Agus Mulyono mengatakan, sejak tahun 2020, tidak ada larung kepala kerbau karena pandemi. Tradisi Lomban hanya digelar dengan meletakkan kepala kambing di sekitar Jembatan Tayu.Baca: Jadi Rebutan, Larung Kepala Kerbau di Jepara Diikuti Ribuan Warga”Pada saat Corona tidak ada larung sesaji (kepala kerbau). Kebetulan di tahun tahun itu, banyak sekali musibah laut. Mulai dari orang mancing tiba-tiba jatuh, hingga warga yang tiba-tiba ingin bermain di sungai dan hilang selama 15 menit,” kata dia.Dari situ, banyak warga yang memutuskan untuk mengadakan kembali larung kepala kerbau. Ia pun berharap dengan nguri-uri tradisi larung kepala kerbau ini, Allah SWT memberikan keselamatan dan keberkahan kepada masyarakat Kecamatan Tayu.”Di Pati Lomban hanya di Tayu yang lainnya sedekah laut. Perbedaannya ada. Bahwa Lomban pertama kali di Pati itu di Tayu. Tujuannya, tradisi ini agar Tuhan memberikan keselamatan kepada penduduk Kecamatan Tayu dan sekitarnya,” ucap dia.Ia juga berharap tradisi yang sudah ada sejak 1943 ini terus dilestarikan oleh masyarakat sekitar. Khususnya masyarakat Kecamatan Tayu. Baginya, tradisi ini merupakan tradisi penduduk Tayu. Bukan hanya Desa Sambiroto. Editor: Supriyadi

Baca Juga

Komentar

Terpopuler