Ayah di Pati Tega dengan Sadis Bunuh Bayinya, Tetangga Masih Tak Menyangka
Umar Hanafi
Kamis, 4 Mei 2023 16:16:49
Salah satu tokoh masyarakat setempat, Widiantoro mengatakan, S bersikap santun dan baik dalam kesehariannya. Tersangka dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul dan sering menyapa.
’’Kalau sama warga sekitar, orangnya santun, suka menyapa. Cuma, dia ini kan anak tunggal. Karakternya, kalau dia punya keinginan harus terpenuhi. Contoh, sepeda motornya saja sampai empat,’’ kata dia, Kamis (4/5/2023).
Baca: Ayah di Pati yang Membunuh dan Buang Bayinya Diancam Pidana Seumur HidupWidiantoro sama sekali tidak menyangka S adalah pelakunya. Sebab, S telah menyusun alibi sedemikian rupa. Tak hanya itu, S juga ikut melakukan ritual agar bayinya ditemukan.
S ikut membaca Surat Yasin sebanyak 41 kali dan ayat kursi sebanyak 110 kali sebagai upaya agar bayinya bisa ditemukan. Ia juga menebar beras bercampur kunyit dan garam krosok di sekeliling rumahnya.
’’Tidak ada kecurigaan sama sekali karena dia sendiri yang Senin (1/5/2023) siang kemarin datang ke saya sambil nangis-nangis sama istrinya. Dia melapor bahwa anaknya hilang, juga minta bantuan agar dibukakan CCTV yang ada di kampung untuk melihat siapa yang membawa anaknya. Makanya saya tidak menduga sama sekali,’’ ungkapnya.
Widiantoro mengaku terjebak dengan alibi yang dibuat tersangka. Saat mengecek CCTV di lingkungan, dia juga terkecoh dengan keterangan yang disampaikan tersangka.
Baca: Kesal Karena Rewel, Ayah di Pati Ini Secara Sadis Habisi Bayinya Sendiri’’Kami sempat terjebak dengan alibinya. Dia bilang keluar lewat gapura STMIK AKI. Dari situ dia bilang belok ke kanan. Maka kami fokusnya kemarin mengambil CCTV di arah sana. Setelah dicek polisi, tidak ada sama sekali pergerakan S ke sana. Maka di situ muncul kejanggalan yang menimbulkan kecurigaan pihak kepolisian,’’ jelasnya.Ia menduga, perbuatan itu dilakukan lantaran S dinilai masih labil secara emosi. Apalagi tersangka menikah di usia dini. Saat ini, dia harus merawat dua anak bayi sekaligus.’’Dia ini ’korban’ pernikahan dini. Waktu menikah usianya baru 18 tahun. Psikisnya, mentalnya, masih anak muda. Beban anak dua bikin mentalnya agak tertekan,’’ tutur dia.Widiantoro mengatakan, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, S dan istrinya berjualan es sejak bulan puasa lalu. Keluarga ini sempat berjualan di Pasar Puri, namun berhenti tanpa alasan yang diketahui oleh tetangganya.’’Dulu infonya, dibelikan ruko di Pasar Puri oleh orang tuanya untuk berjualan sembako. Tapi di tengah jalan berhenti (tidak lanjut berjualan),’’ pungkas dia. Editor: Zulkifli Fahmi
Murianews, Pati – Tetangga tersangka kasus ayah bunuh bayi di Kabupaten Pati, S masih tak menyangka peristiwa memilukan itu terjadi. Pasalnya, para tetangga menilai, S memiliki sikap yang baik.
Salah satu tokoh masyarakat setempat, Widiantoro mengatakan, S bersikap santun dan baik dalam kesehariannya. Tersangka dikenal sebagai pribadi yang mudah bergaul dan sering menyapa.
’’Kalau sama warga sekitar, orangnya santun, suka menyapa. Cuma, dia ini kan anak tunggal. Karakternya, kalau dia punya keinginan harus terpenuhi. Contoh, sepeda motornya saja sampai empat,’’ kata dia, Kamis (4/5/2023).
Baca: Ayah di Pati yang Membunuh dan Buang Bayinya Diancam Pidana Seumur Hidup
Widiantoro sama sekali tidak menyangka S adalah pelakunya. Sebab, S telah menyusun alibi sedemikian rupa. Tak hanya itu, S juga ikut melakukan ritual agar bayinya ditemukan.
S ikut membaca Surat Yasin sebanyak 41 kali dan ayat kursi sebanyak 110 kali sebagai upaya agar bayinya bisa ditemukan. Ia juga menebar beras bercampur kunyit dan garam krosok di sekeliling rumahnya.
’’Tidak ada kecurigaan sama sekali karena dia sendiri yang Senin (1/5/2023) siang kemarin datang ke saya sambil nangis-nangis sama istrinya. Dia melapor bahwa anaknya hilang, juga minta bantuan agar dibukakan CCTV yang ada di kampung untuk melihat siapa yang membawa anaknya. Makanya saya tidak menduga sama sekali,’’ ungkapnya.
Widiantoro mengaku terjebak dengan alibi yang dibuat tersangka. Saat mengecek CCTV di lingkungan, dia juga terkecoh dengan keterangan yang disampaikan tersangka.
Baca: Kesal Karena Rewel, Ayah di Pati Ini Secara Sadis Habisi Bayinya Sendiri
’’Kami sempat terjebak dengan alibinya. Dia bilang keluar lewat gapura STMIK AKI. Dari situ dia bilang belok ke kanan. Maka kami fokusnya kemarin mengambil CCTV di arah sana. Setelah dicek polisi, tidak ada sama sekali pergerakan S ke sana. Maka di situ muncul kejanggalan yang menimbulkan kecurigaan pihak kepolisian,’’ jelasnya.
Ia menduga, perbuatan itu dilakukan lantaran S dinilai masih labil secara emosi. Apalagi tersangka menikah di usia dini. Saat ini, dia harus merawat dua anak bayi sekaligus.
’’Dia ini ’korban’ pernikahan dini. Waktu menikah usianya baru 18 tahun. Psikisnya, mentalnya, masih anak muda. Beban anak dua bikin mentalnya agak tertekan,’’ tutur dia.
Widiantoro mengatakan, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, S dan istrinya berjualan es sejak bulan puasa lalu. Keluarga ini sempat berjualan di Pasar Puri, namun berhenti tanpa alasan yang diketahui oleh tetangganya.
’’Dulu infonya, dibelikan ruko di Pasar Puri oleh orang tuanya untuk berjualan sembako. Tapi di tengah jalan berhenti (tidak lanjut berjualan),’’ pungkas dia.
Editor: Zulkifli Fahmi