Rabu, 19 November 2025

Murianews, Pati – Siswa MTs Matholi'ul Huda Sokopuluhan, Kabupaten Pati, Jawa Tengah (Jateng), menggelar refleksi Hari Ulang Tahun ke-78 Republik Indonesia (RI), Sabtu (19/8/2023) malam. Mereka pun menyajikan teater kemerdekaan dalam kesempatan itu.

Pentas teatrikal disuguhkan Kelompok Seneng Teater MTs Matholi'ul Huda Sokopuluhan. Panggung Budaya Lapangan Purboyo Balong Pucakwangi menjadi ajang mereka untuk unjuk gigi.

Pentas yang mengusung tema ”Di Usia ke-78 Kemerdekaan Indonesia, Pancasila (tetap) Sakti, Indonesia Jaya” itu mengkritisi cepatnya laju globalisasi, serta keberagaman yang ada di Indonesia dengan landasan Pancasila.

Bentangan kain putih yang disorot lampu warna merah jadi latar pementasan ini. Wayang kertas berupa kelir, garuda, dan Rahwana telah diletakkan di panggung bagian tengah depan.

Rilise yang sistematis dengan lantunan tembang mengantarkan sang dalang yang diperankan oleh Jovita Alfif Daturrifsanjani masuk ke panggung. Ia memainkan wayang dengan sangat luwes.

Ketegangan antara burung Garuda dengan Rahwana sebagai simbol tantangan keberagaman suku bangsa. Dalang seolah-olah menyampaikan pesan bahwa Pancasila tetap sakti, tetap menjadi pengikat keberagaman dengan semboyan Bhineka Tunggal Ika.

Kemudian, seorang bernama Nazwa tengah sedih dengan mengusap-usap figura burung Garuda, ia prihatin dengan keadaannya. Tak selang berapa lama, ada keempat menyamun yang ingin merebut benda keramat itu, yang diperankan oleh Nizam, Ilham, Fadhil, dan Rokhim. Semua penyamun tumbang dengan kesaktian Pancasila.

Figura terangkat ke atas, Nazwa berjalan ke depan. Tengah duduk 4 orang dengan baju batik yang seirama. Keempatnya adalah Kaifa Syafa'atin, Ceisya Maghfiroh, Erymelda Putri, dan Desi Amelia. Kemudian Nazwa melempar keempat yang seragam itu sebuah jarit warna-warni, merah, putih, kuning, dan biru.

Itu adalah simbol keberagaman suku bangsa. Diterima dengan riang gembira dan dijaga. Puncaknya, semua tersungkur tinggal pemegang Pancasila dan Bendera Merah Putih. Kain putih membentang menyimbolkan kemerdekaan yang telah diraih tanah air.

Masih putih, tinggal kita sebagai penerus mengisi bentangan itu dengan sesuatu yang bermanfaat. Pembawa kain putih ialah Fatimatuz Zahro, Erni Novyta, dan Putri Masyito.

Kepala MTs Matholi'ul Huda Sokopuluhan, Ma'rifah mengapresiasi siswa-siswinya yang telah menampilkan yang terbaik di ajang Agustusan tingkat Kecamatan Pucakwangi.

Alhamdulillah, walau baru pertama kali tampil teatrikal, anak-anak bisa menampilkan yang terbaik. Meskipun, mereka masih demam panggung. Kami memaklumi, sebab ada beberapa pemain yang diambil dari kelas VII. Semoga siswa-siswi kami terus berkembang untuk suka akan kesenian. Sesuai dengan nama kelompok yaitu Seneng Teater MTs Matholi'ul Huda Sokopuluhan,” bebernya di sela-sela kegiatan.

Sementara, pembimbing Pentas Miftahur Rohim, mengungkapkan rasa haru sepanjang pementasan. Mengingat persiapan yang sangat kurang yaitu sekitar tiga kali pertemuan. Mereka sudah bisa menampilkan yang berbeda.

”Pementasan ini merupakan wujud kritik terhadap terhadap masyarakat yang sampai saat ini belum mengenal simbol keberagaman negara kita yaitu Pancasila. Masih pada berselisih dari hal-hal kecil sampai hal serius. Meskipun muatan sangat berat, namun mampu menghasilkan gelak tawa dan tepuk tangan yang meriah,” ungkapnya.

Ia menjelaskan pemesanan yang disajikan lebih memilih ke simbolik-simbolik dan gerak tubuh dari pada drama yang banyak dialog. Cerita tersebut dirangkai melalui adegan wayang, dengan kelir sebagai tanah air Indonesia. Burung Garuda sebagai simbol keagungan dan Buto atau Rahwana sebagai representasi tantangan.

”Kain putih terbentang wujud kemerdekaan yang telah tercapai. Kehidupan baru sedang dimulai. Sang dalang memainkan wayang, Kelir mewakili tanah air Indonesia, burung Garuda yang gagah, mewakili kebesaran dan kekuatan Indonesia. Kemudian, pertemuan burung Garuda dengan Buto, yang mewakili rintangan dan ancaman terhadap persatuan dan nilai-nilai Pancasila,” pungkas dia.

 

Editor: Cholis Anwar

Komentar

Terpopuler