Rabu, 19 November 2025

Murianews, Pati – Sejumlah desa di Kabupaten Pati bagian utara menjadi daerah langganan banjir, apalagi saat musim hujan datang. BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) Kabupaten Pati pun mengungkapkan penyebabnya.

Kepala Pelaksana Harian (Kalakhar) BPBD Kabupaten Pati Martinus Budi Prasetya menyebut, hal ini terjadi lantaran sejumlah faktor. Faktor yang paling utama yakni sebagian lahan di Pegunungan Muria Pati tergolong lahan kritis.

”Kalau kita runut, ini terjadi lantaran beralihnya fungsi hutan lindung menjadi tanaman semusim, padi, ketela dan sebagianya. Buahnya (akibatnya) diambil dan dirasakan oleh masyarakat Pati sebelah utara,” ujar Martinus kepada Murianews.com, Sabtu (9/3/2024).

Ia menjelaskan, beralihnya kawasan hutan menjadi tanaman semusim ini membuat lahan kritis dan penyerapan air hujan tak berjalan dengan maksimal. Hanya sebagian kecil air yang terserap ke dalam tanah.

Parahnya, air tersebut juga membawa tanah ke daerah yang berada di bawahnya. Hal ini membuat percepatan sedimentasi sungai-sungai di wilayah Pati utara.

”Air yang turun membawa tanah sehingga sungai-sungai di wilayah utara cepat terjadi sedimentasi. Saat terjadi hujan deras dan lama, sungai tidak mampu air dengan baik karena sedimentasi itu, sehingga terjadi banjir,” kata Martinus.

Ia pun berharap ada penanganan jangka panjang dari berbagai pihak untuk memperbaiki keadaan ini. Baik reboisasi dan normalisasi sungai. Martinus juga meminta kepada masyarakat untuk menjaga sungai.

”Himbauan kami jangan memperparah sedimentasi sungai dengan membuang sampah di sungai,” tandas Martinus.

Sementara itu, berdasarkan riset Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Jawa Tengah dalam kurun waktu 2018-2022, sebanyak 16,9 ribu hektare lahan di Kabupaten Pati masuk kategori kritis.

Bahkan, hampir 17 ribu hektare lahan tersebut di antaranya masuk kategori sangat kritis. Selain di Pegunungan Muria, lahan kritis ini juga terjadi di Pegunungan Kendeng Pati.

Alih fungsi lahan dan aktivitas penambangan dinilai meningkat erosi, hilangnya lahan pertanian subur, hilangnya investasi dalam infrastruktur irigasi, kerusakan natural lanskap dan masalah lingkungan lainnya.

Editor: Dani Agus

Komentar

Berita Terkini

Terpopuler